“Jangan sampai hanya bermodalkan sorban, gamis dan sebagainya lalu mengaku ulama. Lalu orang bisa mengobati penyakit lalu menyebut gus. Tentunya, harus jelas latar belakangnya atau nasabnya dan tidak seenaknya disematkan itu,” tambah Gus Fawait.
Jika seenaknya menyematkan atau menambahkan kata kiai dan gus pada seseorang, maka hal tersebut bisa merugikan ulama dan gus yang sebenarnya alias yang asli.
“Tentunya sebagai santri tidak akan terima kalau sebutan kiai dan gus digunakan sembarangan ke hal-hal yang tak bisa dipertanggungjawabkan,” tegas anak angkat pengasuh ponpes Al Qodiri Jember ini. (zaz/gol)
Load more