Banyuwangi, tvOnenews.com - Menyambut datangnya Hari Raya Nyepi, umat Hindu di Banyuwangi membuat beragam Ogoh-ogoh. Boneka raksasa ini nantinya akan diarak di malam pergantian tahun baru Saka tersebut. Beragam Ogoh-ogoh ini menggambarkan berbagai sifat jahat, sehingga bentuknya menyeramkan.
Proses pembuatan Ogoh-ogoh ini membutuhkan waktu panjang, sekitar satu bulan. Bahan dasarnya styrofoam, lalu dibalut kertas koran. Biaya pembuatannya juga tak murah. Rata-rata, sekitar Rp3 juta hingga Rp4 juta.
“Ini rangkaian persiapan menyambut datangnya Nyepi. Umat Hindu membuat Ogoh-ogoh yang nantinya akan diarak keliling desa,” kata Nengah (20), pembuat Ogoh-ogoh di Desa Patoman, Kecamatan Blimbingsari, Banyuwangi, Jumat (17/3).
Biasanya, Ogoh-ogoh dibuat oleh kalangan pemuda. Meski tinggal di luar Bali, para pemuda Hindu ini cukup piawai membuat aneka Ogoh-ogoh. Mereka bergotong royong membuatnya di balai pura masing-masing. Model Ogoh-ogoh ini akan berganti setiap tahun. Namun, konsepnya tetap raksasa yang menyeramkan.
Dengan pewarnaan yang tepat, Ogoh-ogoh terlihat seperti hidup. Tak hanya untuk warga dewasa, umat Hindu juga membuat Ogoh-ogoh yang nanti akan diarak oleh anak-anak. Tentunya, bentuknya lebih kecil dan ringan.
Selanjutnya Ogoh-ogoh ini akan diarak berkeliling kampung pada malam hari sebelum Nyepi, Selasa (21/3). Diiringi gamelan baleganjur, umat Hindu membawa Ogoh-ogoh di sekitar desa masing-masing. Ritual ini disebut dengan tawur kesanga. Maknanya, membersihkan pengaruh buruk sebelum memasuki puasa Nyepi.
Ritual ini diakhiri dengan membakar Ogoh-ogoh menjelang tengah malam. Lalu, seluruh umat Hindu akan menjalani puasa penuh 24 jam. Selama Nyepi, umat Hindu menghentikan seluruh aktivitasnya sehari–hari dan hanya berdiam diri di rumah. Puasa ini sebagai pertanda menyambut datangnya tahun baru Saka. (hoa/gol)
Load more