Surabaya, tvOnenews.com - Baju baru saat lebaran seolah menjadi tradisi di tanah air, namun dengan berjalannya waktu, baju lebaran tak harus baru namun juga bisa pakaian bekas tapi branded yang mengangkat gengsi saat bersilaturahmi bertemu kerabat dan handai taulan.
Thrifting merupakan aktivitas membeli barang-barang bekas yang masih layak pakai untuk dipakai kembali. Belakangan aktivitas thrifting ini sangat digemari terutama kalangan anak-anak, remaja, hingga orang tua.
Di Kota Surabaya, minat masyarakat untuk membeli baju atau sepatu bekas tergolong tinggi, terutama menjelang lebaran. Sejumlah gerai kaki lima atau trift shop jalanan di Tugu Pahlawan Surabaya Minggu (16/4) pagi, ramai dikunjungi oleh para konsumen. Terutama bagi warga yang hobi berburu pasar kaki lima alias sogo jongkok.
Rahman, warga Semanpir Surabaya salah satu konsumen pakaian thrifting mengatakan bahwa ia lebih suka membeli pakaian thrifting karena harganya lebih terjangkau dibandingkan membeli pakaian baru. Selain itu, model maupun kualitasnya juga masih bagus.
“Harganya lebih murah, dapat merek ternama lagi, levis,” ujarnya senang, Minggu (16/4).
Keramaian pengunjung berburu baju bekas branded
Tugu pahlawan memang dikenal sebagai surganya thrift shop, meski hanya buka di hari Sabtu dan Minggu saja, namun selalu ramai dikunjungi pembeli. Seperti yang terlihat di salah satu lapak di Jalan Semut Baru misalnya, meski hari sudah terik karena para pedagang hanya dibatasi berjualan hingga pukul 12.00 siang, namun pembelinya tetap ramai.
Di salah satu thrift shop milik Haji Khasan, banyak warga mencari jaket tebal, crewneck, celana outdoor, celana cinos, dress, blush, rok, hingga kemeja.
“Ada barang yang branded dan murah jadi harus cepet-cepetan, kadang dapet modelnya tapi ukurannya tidak sesuai,” ujar Erlitav siswi SMA, yang sibuk membongkar pakaian dalam karung di thrift shop yang hampir tutup.
Selain bermerek terkenal dan murah, Rahman, Erlita, serta pengunjung yang lain mengatakan, mereka berburu baju thrift karena kualitasnya yang masih bagus dan terkadang ada barang yang rare atau langka yang sudah tidak dipasarkan.
“Sangat bangga kalau dipakai saat lebaran bisa angkat gengsi, semisal baju merek Prada dan Hush Puppies hanya diujual lima puluh ribu per satuannya,“ tambah Erlita
Bagi mereka itu adalah harta karun. Selain berhemat, kalangan muda juga bisa bergaya dengan thrifting.
“Harus pinter memilih barang apalagi kalau pas bongkaran barang baru datang ini,” kata Memey wanita modis yang tidak malu berburu baju bekas di salah satu thrift shop kaki lima.
Penjaga thrift shop kaki lima, Shania mengatakan, momentum berebut barang selalu terjadi setiap pagi. Para pembeli mengetahui adanya kiriman barang baru atau ‘bongkaran’, istilah dalam dunia thrifting.
Dia juga memaparkan bahwa bosnya, Haji Khasan sampai menutup toko setengah hari di bulan Ramadhan ini karena ramainya pembeli, bahkan sampai kehabisan barang.
“Ramai, apalagi mau hari raya seperti ini. Ada juga orang yang kulakan disini lalu dijual kembali di kampungnya,” ucapnya.
Pedagang baju bekas berharap solusi terkait kebijakan pemerintah yang melarang menjual baju bekas. Pemilik thrift shop jalanan menyatakan bahwa mereka mematuhi kebjikan pemerintah jika pemerintah memberikan solusi bagi mereka yang usaha di bidang thrifting.
“Istilahnya kalau mereka (pemerintah) melarang untuk memakan roti, setidaknya mereka menyediakan nasi,” ucap Rofik pemilik salah satu thrift shop di Tugu Pahlawan.
Seperti diberitakan sebelumnya, pemerintah telah melarang melakukan impor barang bekas sejak tahun 2021 lalu melalui Kementrian Perdagangan. Larangan tersebut termaktub dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No 18 Tahun 2021 tentang Barang Dilarang Ekspor dan Barang Dilarang Impor. Dalam Pasal 2 Ayat 3 tertulis bahwa barang dilarang impor, salah satunya adalah berupa kantong bekas, karung bekas, dan pakaian bekas.
Pemerintah melarang kegiatan impor dan jual beli barang thrifting karena ada beberapa alasan, salah satunya adalah mengganggu usaha UMKM. Namun ada beberapa pedagang yang menentang hal tersebut.
“Kami gak ganggu usaha UMKM yang ada kok. Ini hanya masalah target pasar aja. Jika konsumen mau pakaian yang bekas ya beli ke kita (toko thrifting), tapi kalau mau pakaian yang baru ya beli di usaha UMKM atau mall,” kata Rofik, salah satu pedagang barang thrifting.
Para pedagang thrifting juga berharap pemerintah dapat memberikan bantuan dan solusi untuk membantu mereka mengembangkan usaha baru.
“Kalau memang dilarang ya sudah tidak apa-apa, asalkan kasih solusi yang terbaik untuk kita (pedagang thrifting),” pungkasnya. (zaz/hen)
Load more