Agus Santoso, saat itu sedang berada di sawah tak jauh dari rumahnya pun belum mengetahui kabar apapun. Dia dihampiri perangkat desa dan diajak pulang.
"Sampai rumah saya lemes mas, tidak punya tenaga sama sekali setelah mendengar kalau anakmu Arifin wes ora enek pak, ketembak," terangnya.
Agus Santoso menceritakan, bahwa sebelum peristiwa itu terjadi hingga anaknya gugur dalam kontak tembak dengan Kelompok Sparatis Teroris di Papua, malam harinya Parmini bermimpi pergi berjalan ke hutan. Dalam mimpi itu Parmini ke hutan memakai sandal. Namun di tengah perjalanan ia harus kehilangan satu sandalnya.
"Pak aku mimpi seperti berada di dalam hutan. Di tengah perjalanan sepasang sandal yang saya pakai tiba-tiba satu terlepas dan hilang. Saya cari tidak ketemu. Tiba tiba terbangun. Ceritanya begitu mas, saya cuma diam tidak bisa menjawab," imbuhnya.
Dan mimpi itulah yang dia yakini sebagai firasat bahwa musibah menimpa putra pertama pasangan Agus Santoso-Parmini yakni Pratu Miftahul Arifin yang gugur saat menjalankan tugas.
Kini keluarga petani itu harus kehilangan seorang putranya yang menjadi tumpuan keluarga. Dalam kondisi apapun keluarga berharap jasad Pratu Miftahul Arifin dipulangkan dan dimakamkan di tanah kelahirannya. (asw/hen)
Load more