Aktivis Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Cabang Jawa Timur itu menerangkan, inovasi tersebut muncul ketika dia dan tim membimbing sebuah disertasi. Disertasi tersebut membahas kebiasaan ibu hamil di Suku Dayak yang gemar mengonsumsi air kelapa.
“Ibu hamil di Suku Dayak minum air kelapa supaya ketubannya bersih. Dalam satu hari, mereka bisa minum satu air kelapa sekitar 400-600 mililiter. Tapi masalahnya, mereka tidak bisa menghabiskan air kelapa tersebut. Kedua, mencari kelapa juga susah, mereka harus bergerak ke berbagai tempat,” ucapnya.
“Atas dasar permasalahan tadi, kami berunding bagaimana jika itu diwujudkan dalam bentuk yang lebih praktis. Makanya kami ambil limbah air kelapa dan tulang ikan. Limbah itu yang kami manfaatkan, bersihkan, dan olah,” sambung Prof Annis.
Lebih lanjut, peneliti functional food itu menjelaskan, ada beberapa proses yang harus dilalui dalam pembuatan permen kunyah tersebut. Pertama, tulang ikan yang sudah terkumpul harus dipresto, dikeringkan, lalu diproses menjadi tepung. Ia mengaku, proses tersebut mudah dilakukan karena dia memiliki mini pabrik pengolahan tepung.
Kedua, pengolahan limbah air kelapa menjadi serbuk menggunakan teknologi spread dryer.. Ia mengaku, tahapan tersebut cukup sulit karena ia tidak memiliki teknologi spread dryer sehingga ia harus pergi ke sebuah tempat untuk melakukan proses tersebut.
“Air kelapa jadi serbuk, tulang ikan jadi serbuk, lalu kami jadikan satu. Kita press dan berikan rasa supaya enak, yaitu rasa mint. Jadilah permen kunyah. Ke depannya, kami akan mengembangkan permen kunyah ini sesuai peruntukannya. Bentuk tablet untuk orang dewasa dan bentuk gummy untuk anak-anak. (msi/far)
Load more