Rudi juga menuturkan, sebelum pedestrian Kayutangan Heritage tertata rapih mulai dari belum adanya ornamen lampu hingga banyaknya kafe-kafe di sepanjang pedestrian, warung yang ia kelola, dalam sebulan saja ia mampu meraup hingga Rp2 juta.
"Pembeli dulu pernah sampai gazebo dekat sungai, sekarang satu hari gak dapat apa-apa. Sabtu dan Minggu saja pernah gak dapat satu rupiah pun. Sebulan dapat Rp100 ribu ya pernah," katanya.
Sementara Joni Ketua RT 2 RW 9 Kelurahan Kauman menyebutkan, bahwa memang tak ada satu persen pun yang masuk ke kawasan Kampoeng Wisata Kayoetangan Heritage meski di kawasan pedestrian ramai wisatawan.
Padahal, Pokdarwis sekitar sudah berupaya agar pengunjung masuk, namun hasilnya masih nihil.
"Di luar memang ramai kalau malam, tapi tidak ada satu persen pun yang masuk ke kampung. Pokdarwis juga berupaya agar pengunjung juga masuk ke kampung. Ya biar UMKM ini bisa bernafas juga," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Disporapar Kota Malang, Baihaqi mengaku bahwa pihaknya tak bisa menyalahkan keinginan wisatawan jika memang mereka lebih memilih untuk berada di sepanjang pedestrian Kayutangan Heritage.
Load more