“Nelayan melaut hanya dalam sehari saja, sehingga tidak bisa mengeksplor laut lebih jauh lagi. Mayoritas mereka mencari ikan dengan jarak sekitar 4-12 mil dari pesisir,” jelas Anang.
Menurunnya, jumlah tangkapan ikan juga terjadi lantaran nelayan berganti jenis tangkapan, yang sebelumnya menangkap ikan, berganti menangkap baby lobster.
Sebelumnya, Dinas Perikanan Banyuwangi, juga pernah menerima informasi bahwa nelayan di wilayah Kecamatan Pesanggaran, kesulitan menangkap ikan. Sejumlah oknum menuding penyebabnya adalah fenomena banjir lumpur serta pencemaran air laut oleh limbah perusahaan pertambangan PT Bumi Suksesindo (PT BSI).
Kala itu, Kepala Dinas Perikanan Banyuwangi, Alief R Kartiono, langsung mengirim tim untuk melakukan investigasi lapangan.
“Memang ada sebagian orang yang menyebut bahwa penyebab air keruh karena adanya aktivitas tambang. Tapi, penelitian teman-teman penyuluh, keruhnya air laut bersumber dari aliran sungai,” katanya.
Pihak Dinas Perikanan Banyuwangi juga menepis adanya tudingan menurunnya hasil tangkapan ikan nelayan, karena adanya limbah yang mencemari air laut. Sebagai bukti bahwa isu pencemaran air laut tidak benar, yakni jumlah tangkapan baby lobster terjadi peningkatan, padahal, jika air laut tercemar limbah, seharusnya bukan hanya ikan yang mati, tapi seluruh biota laut lainnya. (hoa/far)
Load more