"Motifnya karena korban saat berjualan makaroni sering pulang larut malam. Kemudian bila hasil uang penjualan makaroni tersebut tidak sesuai, korban mengalami tindakan maupun hukuman yang diberikan oleh tersangka sesuai dengan hasil visum tersebut," imbuhnya.
Sekitar satu tahun kemudian, yakni pada 8 Mei 2023 sekitar pukul 17.30 WIB korban bertemu dengan kakeknya yang berinisial AD saat berjualan makaroni. Mengetahui hal itu, kakek korban kemudian membawanya kepada ayah kandungnya.
Dari situlah, korban kemudian menceritakan semua tindakan yang dialaminya sejak kedua orang tuanya bercerai yakni kekerasan fisik yang dialaminya sejak tahun 2022 hingga 2023.
Akibat perbuatannya, kedua tersangka dijerat dengan pasal 44 ayat 1 dan 2 Undang-undang nomor 23 tahun 2004. Yakni tentang penghapusan kekerasan dalam lingkup rumah tangga dengan ancaman hukuman paling lama lima tahun.
Selain itu, polisi juga menjerat para tersangka dengan pasal 80 ayat 1 dan 2 juncto pasal 76c Undang-undang nomor 35 Tahun 2014 yakni tentang perubahan atas Undang-undang nomor 23 tahun 2002, tentang perlindungan anak. Sedangkan ancamannya adalah kurungan penjara paling lama 10 tahun. (eco/gol)
Load more