Probolinggo, tvOnenews.com – Ditutupnya destinasi wisata alam Gunung Bromo selama tiga hari kemarin, dari tanggal 3 hingga tanggal 5 Juni 2023, ternyata sangatlah berdampak pada masyarakat Suku Tengger, yang mana mereka bisa menjalani serangkaikan upacara ritual Yadnya Kasada dengan sangat khusyuk dan khidmat.
Dimana selama proses ritual berlangsung, hanya penduduk lokal saja yang memenuhi kawasan lautan pasir dan bibir kawah Gunung Bromo tersebut.
Supoyo sebagai sesepuh Suku Tengger mengatakan, jika metode penutupan sementara pada wisata alam tersebut bermula ketika masa pandemi Covid 19 silam.
“Ternyata dengan ditutupnya wisata, masyarakat Suku Tengger bisa menjalani prosesi ritual dengan tenang, jadi kita terapkan saja metode itu, meskipun masa pandemi telah usai,” terangnya, Senin (5/6).
Bahkan pada puncak prosesi ritual seperti larung sesaji pun, terlihat begitu longgar di bibir kawah Gunung Bromo setempat. Karena tempat sakral tersebut, hanya dipadati oleh warga setempat yang hendak melakukan ritual larung sesaji.
“Kan kalau tidak ada wisatawan, jadinya tidak saling berdesakan, selain kunjungan wisata yang ditutup, kita juga membatasi para pedagang yang hendak berjualan di area pure yang berada di lautan pasir,” tambahnya.
Memang, untuk pedagang pun juga dibatasi. Pedagang yang diperbolehkan berjualan, hanya pedagang yang menjual makanan tradisional seperti gipang, dan properti perlengkapan upacara saja.
Load more