Surabaya, tvOnenews.com - Di kalangan warga Kalimas Madya III Surabaya, Ahmad Basyr Umar (ABU) terduga teroris yang diamankan Densus 88, Jumat (2/5) dikenal berkepribadian tertutup.
Dalam penangkapan itu, ABU yang pernah diamankan oleh Densus 88 pada tahun 2006 kembali ditangkap oleh pihak Densus 88 saat akan pergi dengan Ojek Online (Ojol) di depan gang rumahnya, di Jalan Kapas Madya 3 Surabaya.
Di mata teman semasa kecilnya Muhammad Abri, yang kini telah menjadi Ketua RT di Jalan Kapas Madya 3 Surabaya, Abri menceritakan sejak kecil ABU memang dikenal kurang komunikatif dan jarang bergaul. Berbeda dengan dua kakak dan satu adiknya. Namun, ABU memang terkenal pandai sejak kecil.
“Memang pintar anaknya mas. ABU ini pernah kuliah di salah satu PTN di Surabaya jurusan Teknik Kimia. Namun tidak selesai,” ujar Abri ketika ditemui di rumahnya, Minggu (4/5).
Abri menceritakan, jika ABU tidak berkumpul dengan warga. Namun, ia mempunyai tempat tongkrongan di Jalan Sasak. Menurut Abri, disanalah ABU sering bertemu dengan orang-orang yang pernah ke Syria dan Yaman.
“Saat ramai-ramainya Isis dan perang Yaman dan Syria, Abu ini memang suka berdiskusi tentang jihad bersama teman-teman di kawasan sini,” jelas Abri.
Bahkan, salah satu orang bernama Usman Mustofa Mahdami yang pernah dikabarkan menghilang bersama 15 WNI lainnya saat perjalanan ke Turki pada tahun pada tahun 2015 lalu, pernah berkunjung ke rumah ABU di Kalimas Madya 3.
“Nongkrongnya disana sama kelompoknya. Saya tau ada Usman Mustofa Mahdami coba cek aja di google itu pernah datang kesini. Jadi saya tidak kaget dengan penangkapan ABU,” imbuh Abri.
Kini, setelah ABU ditangkap pada Jumat (2/5) lalu, kondisi rumah ABU sepi. Pantauan di lokasi rumah dengan cat berwarna putih dan telah usang itu pintunya tertutup. Tidak ada aktivitas dari penghuni rumah. Diketahui, ABU tinggal bersama dengan dua kakak kandungnya, istri dan lima anaknya.
Tim Densus 88 sempat kembali ke rumah ABU pada hari Minggu (4/5) malam. Tiga orang berpakaian biasa nampak membawa dua kresek warna putih dan menuju rumah ABU bersama dengan Abri. Dari keterangan Abri, 3 orang anggota kepolisian itu mengembalikan beberapa barang bukti yang sempat dibawa pada hari penangkapan ABU.
“Ada beberapa buku lalu juga anak panah dan busur yang dikembalikan. Sesuai dengan yang mas kebetulan lihat tadi,” tegas ABU.
Usai melakukan penangkapan, Abri dihubungi oleh salah satu petugas kepolisian untuk menjadi saksi dalam melakukan penggeledahan.
Menurut Abri, saat itu petugas kepolisian membawa 43 buku berbahasa Indonesia tentang jihad, satu busur panah, dan 7 anak panah.
“Tidak ada buku berbahasa arab. Semuanya berbahasa Indonesia. Ya buku tentang negara Islam dan Jihad,” imbuhnya.
“Kemarin Jumat (2/5) siang (penangkapannya) ada 30 anggota kepolisian. Ditangkap di depan gang saat naik ojek online,” ujar Abri saat ditemui di kediamannya, Minggu (4/5).
Menurut Abri, ABU tidak pernah bersosialisasi dengan tetangga sekitar. ABU lebih sering menghabiskan waktunya di rumah dan sebuah tempat di Jalan Sasak. ABU yang sudah sejak kecil tinggal di Jalan Kalimas Madya 3 itu dikenal pendiam.
“Saya bertetangga sejak kecil. Memang pendiam. Kalau disini kita berpapasan itu tidak pernah menyapa. Kita dulu yang menyapa. Itu pun dia tidak menghiraukan,” pungkasnya. (zaz/hen)
Load more