Surabaya, tvOnenews.com - Kasus pembunuhan sadis terhadap siswi SMP di Mojokerto yang mayatnya dimasukkan ke karung, membuat banyak kalangan prihatin. Pelaku yang tak lain mantan kekasih korban akhirnya ditangkap polisi. Psikolog di Surabaya menilai pelaku kasus pembunuhan sadis tersebut memiliki kepribadian psikopat.
Sedangkan di Sidoarjo dan Surabaya juga sempat dihebohkan dengan adanya penemuan mayat yang dimutilasi, lalu dibungkus kantong plastik dan dimasukkan ke koper lalu dibuang. Jika di Sidoarjo dibuang ke sungai, sedangkan di Surabaya dibuang di tempat wisata Kenjeran Park. Kasus ini masih dalam penyelidikan aparat kepolisian.
Menurut dr Aimee Nugroho, kasus pembunuhan sadis ini kerap menimpa perempuan sebagai korbannya.
“Ya, akhir-akhir ini pembunuhan selalu terjadi pada korban perempuan, yang pelakunya adalah orang dekat korban,” ungkap Aimee Nugroho, yang membuka praktek di sebuah rumah sakit di kawasan Surabaya Barat ini.
“Ini menunjukkan gambaran tingkat kekerasan kepada perempuan yang tinggi. Selain kekerasan fisik hingga terjadi pembunuhan, sebagian besar dari kasus tersebut juga disertai kekerasan seksual dan juga kekerasan finansial,” imbuhnya.
Menurut Aimee, hal ini cukup memprihatinkan dan perlunya perhatian dari berbagai pihak, terutama dari kalangan perempuan.
“Dari kaum perempuan untuk berani menolak hubungan yang toksik, berani berkata ‘tidak’ dan berani melaporkan ke pihak otoritas atas apa yang terjadi,” ujar Aimee.
Aimee menilai pembunuhan sadis dengan korban dimutilasi atau dimasukkan karung dan koper itu, bisa jadi pelakunya merupakan seorang psikopat.
“Kemungkinan pelaku memiliki kepribadian psikopat, sehingga tidak ada empati, melakukan kekerasan, tidak adanya rasa bersalah sehingga tega melakukannya,” jelasnya.
Aimee menyebutkan, ciri-ciri seorang psikopat ini diantaranya, dari luar ada superficial charming, pintar ngomong, namun orang terdekat mengenalnya bahwa ia tega, manipulatif atau pandai memutar balikkan fakta.
“gas lighting, bukannya merasa bersalah malah berkelit dan menyalahkan korban seolah-olah korban yang salah. Dia tidak ada empati, tidak ada rasa bersalah, bisa melakukan kekerasan, impulsive dan orangnya berani mengambil risiko,” papar Aimee.
Aimee menambahkan, supaya tidak menjadi korban dalam kekerasan, seseorang perlu terbuka tentang masalah. Pihak otoritas polisi harus segera menanggapi kasus kekerasan yang dilaporkan oleh korban maupun keluarga korban.
“Keluarga perlu mendukung dan jangan menyalahkan korban,” pungkasnya. (msi/hen)
Load more