Besarnya potensi kopi di pasaran memiliki tren pertumbuhan yang positif dalam urusan ekspor, terutama dalam tiga tahun terakhir. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2020-2021 Jawa Timur menjadi provinsi dengan nilai ekspor kopi terbesar ketiga nasional setelah Lampung dan Sumatera Utara.
Rincian nilai ekspor pada tahun 2020 sebesar US$103,4 juta dan pada tahun 2021 sebesar US$133 juta. Pada Oktober 2022, kinerja ekspor kopi dari Jawa timur berhasil mencapai 81.495.107 kg atau dengan nilai ekspor mencapai US$186,22 juta.
Bahkan, lanjut Khofifah, pada November 2022, kopi agroforestry Jawa Timur dengan merek Javeast Coffee melalui hasil komunal branding berhasil di ekspor secara perdana ke negara Mesir secara bertahap hingga 200 ton dengan total nilai ekspor lebih dari Rp 6,2 miliar.
"Dalam lawatan kami ke Mesir pada November 2022, kopi Jawa Timur mampu mencatat kontrak ekpor untuk tahun 2023 sebesar US$6 juta. Communal branding juga menjadi pintu pembuka pasar ekspor yang harus ditumbuhkan," tukasnya.
Di sisi lain, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022 luas areal tanaman perkebunan kopi di Jawa Timur seluas 113.148 ha. Yang mana 25.730,13 ha atau setara 22,63% diantaranya merupakan pemanfaatan kawasan hutan yang dikelola Perum Perhutani melalui pola agroforestri.
Selanjutnya proyek percontohan penerapan program perhutanan sosial melalui aplikasi socioforest rencananya akan dilaksanakan pada 6 KPH dengan luas areal garapan seluas 1.174 ha melalui pola agroforestry, 7 LMDH / KTH sebagai mitra dan melibatkan 2.123 orang petani.
Berseiring dengan produksi kopi yang besar dan luas lahan yang luas, Gubernur Khofifah mengimbau agar keberadaan hutan juga dikelola secara lestari agar dapat berfungsi secara optimal. Caranya, dengan tetap memberikan akses dan ruang sosial kepada masyarakat di sekitar untuk meningkatkan kesejahteraan bersama.
Load more