Banyuwangi, tvOnenews.com – Warga Desa Adat Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi memiliki tradisi unik memasuki bulan Dzulhijjah. Mereka menggelar jemur kasur massal pada Kamis (22/6) siang. Ritual ini merupakan rangkaian upacara bersih desa yang digelar rutin setiap tahun. Tujuannya, meminta berkah keselamatan.
“Ini merupakan tradisi rutin tahunan. Kami mengawali ritual bersih desa dengan menjemur kasur,” kata tokoh adat Kemiren, Adi Purwadi (63).
Tak sekadar bersih-bersih, kegiatan menjemur kasur ini juga memiliki filosofi. Yaitu, membersihkan segala pengaruh buruk dalam keluarga. Warna kasur merah hitam ini juga sarat makna. Warna merah melambangkan semangat dan keberanian kerja. Sedangkan warga hitam simbol keabadian.
“Jadi, kasur ini memiliki makna, sebuah keluarga itu bisa bahagia jika langgeng dan mau bekerja keras,” jelas pria yang akrab disapa Kang Pur ini.
Bagi warga Kemiren, kasur merah hitam tak sekadar tempat tidur. Perabot ini menjadi hadiah pernikahan bagi keluarga yang memiliki anak perempuan. Ketika menikah, anak perempuan akan dibuatkan kasur merah hitam ini. Meski zaman sudah modern, kasur merah hitam tetap menjadi ciri khas warga Kemiren.
Usai jemur kasur, puncak ritual bersih desa diisi dengan pesta tumpeng pada malam hari. Kegiatan ini dikenal dengan Festival Tumpeng Sewu. Warga keluar rumah bersamaan, lalu duduk di depan rumah masing-masing. Mereka menyiapkan tumpeng dengan menu khas pecel pitik. Bahannya, ayam bakar diramu parutan kelapa, dengan cita rasa gurih pedas.
Load more