"Di desa ini, dulu ada yang namanya Dusun Duren. Dusun ini merupakan dusun yang dipercaya menjadi tempat berkumpulnya para leluhur desa. Pemilihan kucing sebagai media arak–arakan dikarenakan dulunya ada luluhur Desa Selok Awar-awar yang bernama Mbah Demun, beliau senang berjalan-jalan dengan mengendarai seekor macan, maka seiring dengan perkembangan zaman dan agar tradisi ini tidak lekang dimakan zaman, maka sosok kucing menjadi simbol dari macan itu sendiri," jelasnya.
Sementara itu, bagi warga Desa Selok Awar-awar, kegiatan ini memang perlu dan wajib dilestarikan. Selain sebagai tradisi, tapi juga sebagai bentuk ungkapan rasa syukur dan harapan akan kemakmuran dan keselamatan.
"Saya rasa memang perlu dilestarikan, ini sebagai upaya pelestarian tradisi sekaligus ungkapan rasa syukur dan harapan agar hasil panen semakin melimpah, makmur, damai dan dijauhkan dari segala bentuk musibah dan bencana," ujar Abdul Rohman.
Usai diarak berkeliling kampung, selanjutnya arak-arakan ini behenti di halaman balai desa dimana ratusan warga juga sudah menanti untuk mengikuti kegiatan santunan anak yatim dan doa bersama. Sebagai puncak acara bersih desa, kegiatan diakhiri dengan ruwatan dan pagelaran wayang kulit semalam suntuk. (wso/far)
Load more