Banyuwangi, tvOnenews.com – Kelangkaan elpiji tiga kilogram di Banyuwangi membawa berkah bagi perajin tungku beton. Sejak sulitnya gas bersubsidi ini, warga mulai beralih ke tungku beton. Fenomena ini membuat perajin tungku beton kebanjiran order.
“Sebelumnya, tungku ini kurang dilirik. Begitu elpiji langka, pesanan langsung membludak. Bahkan, stok yang ada ludes terjual,” kata Satomin Joyo (55), perajin tungku beton di Dusun Panjen, Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu, Banyuwangi, Jumat (28/7).
Tungku beton terbuat dari bahan semen. Agar kuat, di dalamnya diberikan rangka besi. Tungku yang bisa dipindah-pindah ini, mampu menahan hingga 15 kilogram beras. Dahulu, tungku dibuat dari tanah liat. Namun, kurang kokoh. Agar menarik, tungku diberikan warna merah. Dalam sehari, pria ini bisa memproduksi hingga enam buah tungku. Harganya dibanderol Rp100.000 per biji. Meski permintaan naik, perajin tungku belum menaikkan harga.
“Agar kuat, tungku ini harus ditunggu hingga sebulan,” kata pria yang mulai membuat tungku sejak tahun 2003 ini.
Karena berbahan beton, tungku ini memiliki ketahanan yang kuat. Rata-rata, bisa bertahan hingga 10 tahun. Tergantung pemakaian. Saat ini, kebanyakan yang berburu tungku adalah pelaku UMKM. Mereka terpaksa menggunakan tungku akibat sulitnya mendapatkan jatah elpiji melon.
Beberapa hari terakhir, operasi pasar elpiji tiga kilogram terus digelar. Setiap titik dialokasikan sekitar 1.600 tabung. Total, ada 19.200 tabung yang disiapkan untuk 12 titik operasi pasar.
Data dari Pertamina, pasokan elpiji tiga kilogram di Banyuwangi mencapai 52.000 tabung per hari. Jumlah ini sama persis di tahun sebelumnya.
Namun, tahun ini terjadi peningkatan konsumsi elpiji di masyarakat. Sehingga, pasokan tak seimbang dengan kebutuhan. Terkait kelangkaan elpiji tiga kilogram, Pertamina berencana menambah kuota sekitar 32 persen. Jumlah ini akan disebar ke 1.700 pangkalan di Banyuwangi. (hoa/far)
Load more