Banyuwangi, tvOnenews.com – Warga Banyuwangi mulai putus asa dengan kelangkaan elpiji tiga kilogram. Mereka terpaksa kembali menggunakan kayu bakar akibat sulitnya membeli elpiji melon tersebut. Tungku yang selama ini ditinggal, kembali difungsikan.
“Sudah nyarinya sulit, harganya juga mahal. Jadinya, kembali pakai kayu bakar saja dengan tungku,” kata Supiati (60), warga Dusun Sumberwadung, Desa Kaligondo, Kecamatan Genteng, Banyuwangi, Jumat (28/7).
Meski ada operasi pasar, wanita ini enggan membeli gas. Sebab, lokasi operasi pasar cukup jauh dari rumah. Lalu, harus antre berjam-jam. Dengan mengumpulkan kayu bakar seadanya, dia memilih memasak menggunakan tungku. Kegiatan ini sudah dilakoni sejak empat hari terakhir.
“Di kampung sini, gas melon benar-benar sulit. Jadi, kembali pakai tungku saja,” tegasnya.
Memasak menggunakan kayu bakar sejatinya lebih ekonomis dibandingkan gas. Selain mencari di sekitar kampung, warga juga membeli kayu bakar. Harga kayu bakar ditawarkan Rp12.000 per ikat. Meski mudah mendapatkan kayu bakar, warga sedikit kesulitan kembali memasak menggunakan tungku. Sebab, sejak adanya gas elpiji, warga jarang yang memakai tungku untuk memasak.
“Pakai tungku kayu bakar ini lebih ribet. Tapi, daripada antre, kembali pakai kayu bakar saja,” kata Sukar (60), warga lainnya.
Beberapa hari terakhir, operasi pasar elpiji tiga kilogram terus digelar. Setiap titik dialokasikan sekitar 1.600 tabung. Total, ada 19.200 tabung yang disiapkan untuk 12 titik operasi pasar.
Data dari Pertamina, pasokan elpiji 3 kg di Banyuwangi mencapai 52.000 tabung per hari. Jumlah ini sama persis di tahun sebelumnya. Namun, tahun ini terjadi peningkatan konsumsi elpiji di masyarakat. Sehingga, pasokan tak seimbang dengan kebutuhan.
Terkait kelangkaan elpiji tiga kilogram, Pertamina berencana menambah kuota sekitar 32 persen. Jumlah ini akan disebar ke 1.700 pangkalan di Banyuwangi. (hoa/far)
Load more