Sidoarjo, tvOnenews.com – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa melepas ekspor perdana ke Australia, rumput laut jenis Gracilaria Sp yang diproduksi oleh Koperasi Agar Makmur Sentosa di Dusun Tlocor, Kecamatan Jabon, Sidoarjo.
“Tentu ini menjadi hal yang luar biasa, bagaimana produksi rumput laut Koperasi Agar Makmur bisa menembus pasar ekspor. Artinya kualitasnya baik dan kuantitasnya akan terus dikembangkan mengingat permintaan dalam dan luar negeri cukup tinggi,” kata Gubernur Khofifah.
Bahkan diketahui bahwa produksi rumput laut di sini memang sudah skala besar. Setiap bulannya, Koperasi Agar Makmur Sentosa mampu memproduksi 500 hingga 800 ton rumput laut kering dari 300 ha luasan tambak yang dikelola koperasi ini.
Hasil produksinya tak hanya memenuhi permintaan pasar luar negeri, koperasi ini juga memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri.
Pengiriman tersebut dilakukan tiap minggunya bergantung pada permintaan pasar. Biasanya, pengiriman pasar lokal dikirimkan ke wilayah Malang, Pasuruan, Singosari, Surabaya dan Sidoarjo.
Lebih lanjut Gubernur Khofifah menyampaikan bahwa budidaya rumput laut di kolam tambak bisa dilakukan bersamaan dengan budidaya ikan bandeng atau udang atau menggunakan metode tumpang sari.
Sehingga hal tersebut beriringan dengan penerapan Green hingga Blue Economy. Sebab, jenis rumput laut Gracilaria Sp merupakan jenis rumput laut yang bisa hidup di tambak dan bisa mensubstitusi pemupukan.
“Karena banyak daerah Pantura yang masih sering kekurangan pupuk untuk tambak. Saya rasa penerapan metode tumpang sari ini juga beriringan dengan penguatan green economy hingga ke arah blue economy,” sebutnya.
Menurut Khofifah, jika metode tumpang sari ini terus dikembangkan oleh para petani tambak, maka bisa terwujud kesejahteraan lebih signifikan. Karena jika dihitung-hitung, kalau pada luasan satu hektar penghasilan dari tambak rumput laut mencapai Rp45 juta setahun, ditambah dua kali panen bandeng Rp25 juta berarti Rp50 juta, ditambah lagi udang tiga kali panen dalam setahun, setiap kali panen Rp5 jt berarti Rp15 juta. Maka total setahun untuk satu hektar bisa menghasilkan 110 juta.
“Dengan format tumpang sari, ikan bandeng bisa panen dua kali dengan nilai tiap panen Rp 25juta. Totalnya Rp 95 juta. Kalau udangnya bisa tiga kali panen dengan nilai tiap panennya Rp5 juta. Sehingga totalnya bisa mencapai Rp110 juta,” jelasnya.
Tak hanya itu, ia juga berharap proses hiliriasi dengan pendirian pabrik pengolahan rumput laut bisa didirikan di kawasan Sidoarjo.
“Apalagi jika dibangun dekat dengan sumber bahan baku (raw material). Ini adalah berita yang bagus bagi kita semua,” ujarnya.
Dalam kesempatan ini juga turut diserahkan pula 30 Sertifikat Cara Budidaya Ikan Yang Baik (CBIB) oleh Dirjen Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan RI Tubagus Haeru Rahayu kepada Herry Sudarmono, M. Sanaji, M. Nur Kholis, Mujiono, dan M. Kohar.
Sebagai informasi, rumput laut merupakan komoditi yang potensial yang dimiliki oleh Jawa Timur dan telah menjadi salah satu komoditas yang semakin menarik perhatian dalam perdagangan internasional.
Diharapkan Koperasi Agar Makmur Sentosa dapat menjadi champion bagi para pembudidaya rumput laut di kawasan Jabon dan sekitarnya, untuk menampung hasil produksi mereka dan membantu pemasarannya baik di dalam maupun luar negeri.
Dalam empat tahun terakhir yakni periode 2019-2022, usaha petani rumput laut dan pelaku industri telah memberikan kontribusi terhadap sektor ekspor Jawa Timur, di mana ekspor rumput laut rata-rata tumbuh positif sebesar 19,30 persen selama periode tersebut dengan nilai ekspor pada tahun 2022 mencapai USD 106, 89 juta atau sebesar 68.996,29 ton.
Komoditi rumput laut dari Jawa Timur telah merambah ke 23 negara, utamanya ke negara China, Korea, Filipina, Vietnam dan Amerika Serikat. Jenis rumput laut yang dikirim selama ini meliputi rumput laut Eucheuma cottonii kering, Eucheuma spinosum kering, rumput laut jenis lain untuk konsumsi baik segar maupun kering. Selain itu rumput laut digunakan sebagai bahan baku pewarna, penyamakan, wewangian, insektisida, fungisida baik segar, beku, dan kering
Di sisi lain, Dirjen Budidaya KKP Tb. Haeru Rahayu mengatakan bahwa budidaya rumput laut di Sidoarjo, sejalan dengan strategi KKP menuju Blue Economy. Menurutnya, saat ini ada lima komoditas budidaya yang tengah menjadi fokus KKP.
"Lima komoditas tersebut ialah udang, kepiting, lobster, tilapia, dan rumput laut," katanya.
Sedangkan terkait rencana ULUU membuka pabrik rumput laut di Jatim, ia berpesan agar memaksimalkan tenaga kerja lokal. Sehingga tidak hanya petani yang berdaya, namun warga sekitar juga bisa merasakan manfaatnya.
"Kemudian perhatikan juga lingkungan dengan membuat IPAL yang baik," tandasnya.
Sementara itu, Co Founders ULUU Australia Julia mengatakan, bahwa di perusahan start upnya, rumput laut akan digunakan sebagai bahan pengganti plastik dan berupaya untuk mengatasi masalah iklim sekaligus memberdayakan para petani tambak.
“Kami akan mendirikan pabrik di Jatim yang bernama Seasae Indonesia pada 2024 mendatang. Tidak hanya mengekspor bahan baku saja, tapi kami juga mendukung program hilirisasi produk dari pemerintah. Kami sangat bersyukur bahwa dengan hal ini hubungan bersama Koperasi Agar Makmur Sentosa menjadi lebih erat dan kami sangat menantikan kerja sama ke depannya,” katanya.
Ketua Koperasi Agar Makmur Sentosa Herry Sudarmono menyampaikan, bahwa dirinya optimis dengan rencana pendirian pabrik itu mampu memperluas pengembangan Koperasi Agar Makmur Sentosa sendiri.
"Pabrik yang didirikan oleh ULUU nantinya bahan bakunya akan disupport oleh kami. Harapan kami ke depannya setelah revitalisasi yang akan kami lakukan, koperasi kami tidak hanya ekspor melainkan juga bisa memproduksi tepung agar yang mampu meningkatkan nilai jual yang berdampak pada kesejahteraan anggota koperasi serta petani tambak," katanya.
"Oleh karenanya, dengan kerja sama ULUU Australia ini mampu mengembangkan koperasi ini yang saat ini 82 orang bisa bertambah menjadi 150 orang," pungkasnya. (khu/far)
Load more