Malang, tvOnenews.com - Upaya meningkatkan minat baca secara digital, Perpustakaan Nasional menggelar Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia (KPDI) ke-14 pada Rabu (9/8).
Tema yang diangkat pada KPDI ke-14 ialah Menggalang Masa Depan melalui Preservasi Digital Pengetahuan Lokal Indonesia (Budaya, Pengetahuan, dan Pembelajaran).
Rektor UB Widodo menyambut baik kepercayaan yang diberikan untuk menyelenggarakan kegiatan ini, melihat ada banyak tantangan yang pasti dihadapi oleh perpustakaan ke depan dengan masuknya era digital, salah satunya ialah maraknya informasi yang beredar secara digital.
Widodo juga menyampaikan bahwa sejatinya ada empat kemampuan yang wajib dimiliki oleh pustakawan maupun pengelola perpustakaan di era digital yakni kemampuan mengakurasi data digital, menganilisis data penting, mengkonservasi, dan mempreservasi data.
“Di era digital ini banyak sekali konten yang masuk, sehingga pustakawan harus mampu melakukan akurasi konten dan analisis data yang masuk karena kalau tidak, konten hoaks dan tidak valid dapat tersebar di masyarakat. Konservasi dan preservasi data dahulu berbentuk kertas, tapi sekarang bentuknya digital dan rentan terkena virus atau malware yang bisa dalam sekejap menghilangkan semuanya,” jelasnya.
Sejalan dengan hal ini, Widodo menekankan saat ini pihaknya konsisten membangun UB sebagai kampus digital. Satu yang telah berjalan yakni berkolaborasi dengan pemerintah Jepang melalui Arterial Research and Educational Network in the Asia Pacific (ARENA-PAC) dalam hal bantuan jaringan internet berkecepatan tinggi hingga 100 gygabyte per second (Gbps).
“Jaringan tersebut memungkinan pertukaran data yang semakin cepat dengan lembaga riset dan pendidikan lain di luar negeri. Selain itu, informasi digital pun dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dengan lancar tanpa delay karena akses internetnya sangat cepat,” ucapnya.
Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas), Muhammad Syarif Bando menanggapi bahwa kolaborasi yang telah terjalin antara UB dan ARENA-PAC harus dapat dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. Kolaborasi tersebut mampu membuat civitas akademik mengakses seluruh bahan bacaan dan jurnal dari seluruh dunia.
“Pustakawan adalah pembaca dan pengumpul pengetahuan di seluruh dunia dan sudah menjadi tugas pustakawan untuk mengumpulkan dan mengemas seluruh pengetahuan tersebut. Pustakawan itu profesi tertinggi karena seluruh profesi lain membutuhkan mereka,” ungkapnya.
Syarif Bando menilai pustakawan harus mampu menjelaskan kepada masyarakat tentang pengetahuan terbaru dan yang akan datang. Di era digital saat ini, jumlah informasi elektronik menurutnya masih sangat terbatas. Sehingga dibutuhkan pustakawan yang memiliki kemampuan untuk mengemas ulang informasi.
“Buku-buku terkait potensi lokal Indonesia dan ilmu terapan harus dapat dikenalkan kepada masyarakat dalam bentuk lain. Hal ini karena mereka yang lebih mudah menyerap informasi dalam tampilan visual, membutuhkan konten kreator dan pustakawan diharap mampu menerima tantangan tersebut,” pungkasnya. (eco/far)
Load more