Tidak hanya menanamkan nilai Pancasila lewat pengucapan salam dan dalam merayakan hari keagamaan. Di SDS Shinta, juga ada sejumlah ruangan khusus bagi tiap-tiap agama.
"Untuk ruangan itu kami ada, baik muslim tempatnya suci untuk mereka beribadah. Lalu ada agama Katolik, Kristen ada (juga) di kelas. Seluruhnya kita ada, bahkan Hindu dan Buddha juga dikembangkan, serta ada gurunya masing-masing yang mengajar. Karena khusus yang pertama (ditanamkan) adalah nilai religinya," ulas Vivi.
Namun demikian, diakui oleh Vivi, jumlah siswa yang bersekolah di tempatnya saat ini hanya berjumlah 58 siswa, dari kelas 1-6 SD. Tapi tidak menyurutkan semangat, untuk menanamkan semangat toleransi.
"Bahkan di sekolah kami, sebagian besar Muslim (Islam), dan juga Kristen Katolik, Hindu pun juga ada beberapa. Hanya Buddha yang tidak ada. Tapi dulu ada. Namun demikian, nilai-nilai Pancasila itu selalu kami tanamkan," tuturnya.
Dengan keberagaman agama yang ditekankan di sekolahnya, lebih jauh Vivi menyampaikan, saat perayaan agama bahkan perayaan hari-hari nasional juga selalu dirayakan.
"Tingkat SD adalah dasar untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan. Saat yang muslim berpuasa, kami ada acara buka bersama bahkan bagaimana menanamkan bentuk penghormatan saat puasa Ramadan. Saat yang Nasrani, Kristen Katolik merayakan Natal, ya ada perayaannya, yang Hindu maupun Buddha juga sama. Sehingga tertanam nilai toleransi itu bagi siswa kami," ujarnya.
"Saat merayakan Hari Kemerdekaan, seperti saat ini. Kami merayakan juga dengan jalan sehat dan bazar bersama-sama. Ada berbagai lomba, seperti makan krupuk, lari bendera, lomba bakiak, tarik tambang, balap karung. Bahkan juga dimeriahkan oleh bapak ibu guru. Karena kita kan hidup di negara Indonesia dengan nilai Pancasila dan keberagaman suku dan budaya itu," sambungnya.
Load more