Jember, tvOnenews.com - Sekolah Dasar Swasta (SDS) Shinta Jember, merupakan salah satu sekolah yang menerapkan nilai Pancasila dan semangat toleransi terhadap para siswanya.
Salah satunya saat berkegiatan agama, bahkan juga ketika merayakan Hari Kemerdekaan RI ke 78 dengan gelaran jalan sehat dan bazar sekolah.
Namun bedanya, kegiatan itu diikuti seluruh siswa yang memiliki perbedaan agama, serta selalu membiasakan salam beragam agama ataupun merayakan hari keagamaan sebagai bentuk toleransi.
"Salam dari lima agama di Indonesia, selalu kami biasakan kepada murid kami. Contohnya Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, selamat pagi, Salam Sejahtera bagi kita semua, Syalom, Oom Swastiastu, Wei De Dong Tian, Salam Kebajikan. Ucapan salam itu selalu kami biasakan di sekolah kami ini," kata Kepala SDS Shinta Jember, Vivi Setiya Dewi saat dikonfirmasi sejumlah wartawan.
Menurut Vivi, dengan menanamkan semangat toleransi itu. Diharapkan para siswa di sekolahnya tertanam nilai-nilai Pancasila.
"Karena untuk sekolah kita sendiri SDS Shinta, dasarnya Pancasila. Jadi di sini kita kembangkan dari berbagai agama yang ada di Indonesia. Begitu juga seluruh siswa kita, dari segala suku ada di sini, jadi selalu kita kembangkan. Tidak hanya mendidik secara akademik, tapi mendidik agar punya moral baik. Soal kesopanan dan perilaku yang baik. Bagaimana bisa menanamkan kemandirian dan ahlak serta moral yang baik," ujarnya.
Tidak hanya menanamkan nilai Pancasila lewat pengucapan salam dan dalam merayakan hari keagamaan. Di SDS Shinta, juga ada sejumlah ruangan khusus bagi tiap-tiap agama.
"Untuk ruangan itu kami ada, baik muslim tempatnya suci untuk mereka beribadah. Lalu ada agama Katolik, Kristen ada (juga) di kelas. Seluruhnya kita ada, bahkan Hindu dan Buddha juga dikembangkan, serta ada gurunya masing-masing yang mengajar. Karena khusus yang pertama (ditanamkan) adalah nilai religinya," ulas Vivi.
Namun demikian, diakui oleh Vivi, jumlah siswa yang bersekolah di tempatnya saat ini hanya berjumlah 58 siswa, dari kelas 1-6 SD. Tapi tidak menyurutkan semangat, untuk menanamkan semangat toleransi.
"Bahkan di sekolah kami, sebagian besar Muslim (Islam), dan juga Kristen Katolik, Hindu pun juga ada beberapa. Hanya Buddha yang tidak ada. Tapi dulu ada. Namun demikian, nilai-nilai Pancasila itu selalu kami tanamkan," tuturnya.
Dengan keberagaman agama yang ditekankan di sekolahnya, lebih jauh Vivi menyampaikan, saat perayaan agama bahkan perayaan hari-hari nasional juga selalu dirayakan.
"Tingkat SD adalah dasar untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan. Saat yang muslim berpuasa, kami ada acara buka bersama bahkan bagaimana menanamkan bentuk penghormatan saat puasa Ramadan. Saat yang Nasrani, Kristen Katolik merayakan Natal, ya ada perayaannya, yang Hindu maupun Buddha juga sama. Sehingga tertanam nilai toleransi itu bagi siswa kami," ujarnya.
"Saat merayakan Hari Kemerdekaan, seperti saat ini. Kami merayakan juga dengan jalan sehat dan bazar bersama-sama. Ada berbagai lomba, seperti makan krupuk, lari bendera, lomba bakiak, tarik tambang, balap karung. Bahkan juga dimeriahkan oleh bapak ibu guru. Karena kita kan hidup di negara Indonesia dengan nilai Pancasila dan keberagaman suku dan budaya itu," sambungnya.
Terpisah, salah satu wali murid Luh Mega Wulandari mengaku senang dengan penerapan nilai-nilai Pancasila yang diterapkan di SDS Shinta.
"Anak saya kan berbeda agama ya, dia Hindu. Tapi meskipun berbeda, kalau di SDS Shinta tidak dikucilkan, tapi diarahkan (memahami tentang toleransi). Jadi perbedaan agama itu, dipahami sebagai bentuk saling menghargai," ujar perempuan yang juga Wali Murid kelas 6 ini.
Dengan menerapkan bentuk toleransi dan memahami keberagaman agama, kata Mega, diyakini memberikan kenyamanan.
"Jadi kita sebagai agama lain merasa lebih dihargai dan dihormati. Kami juga diakui, tidak ada perbedaan. Bahkan saat kegiatan agama berbeda, tidak jadi masalah," ujarnya.
Saat hari libur agama, lanjut Mega, juga disesuaikan sehingga semangat toleransi sangat dirasakan.
"Perbedaan menurut saya tidak ada. Perbedaan sama saja, yang penting rukun dan tidak saling olok-olok dan tetap saling tolong menolong antar sesama meskipun berbeda agama. Semua sama," tandasnya. (sss/gol)
Load more