“Harapan kami dan masyarakat kedepannay desa kami semakin makmur dan maju serta jauh dari segala bentuk musibah dan bencana,” pungkasnya.
Tidak hanya para sesepuh saja yang memainkan atraksi ini. Namun para pemuda desa yang siap beradu dengan menggunakan rotan di arena yang telah disiapkan, juga nampak antusias menunggu giliran dipanggil.
Mereka saling menyabetkan ujung rotan ke punggung lawan. Meski harus terluka, mereka terlihat menikmati permainan. Bahkan mereka masih menari – nari mengikuti alunan gamelan, sambil menghibur warga yang menonton pertunjukkan.
Dalam tradisi Ojung ini, selain keberanian juga dibutuhkan kelincahan saat menyabetkan rotan maupun menghindari sabetan lawan. Dalam satu kali pertandingan, masing-masing peserta diberikan jatah 5 kali sabetan sesuai aturan yang telah disepakati. Mereka yang paling banyak menggoreskan luka di punggung lawan, dianggap sebagai pemenang.
“Tidak ada persiapan khusus. Modalnya cuma keberanian dan kelincahan,” ujar Satuman, salah satu peserta.
Satuman juga mengatakan, dia sangat menikmati permainan itu. Dia mengaku bangga ketika bisa memenangkan pertandingan. Banyak luka di tubuh gara-gara sabetan rotan dianggap lumrah.
"Ini biasa, mas. Sakit sih iya, tapi nanti juga sembuh," paparnya.
Load more