Surabaya, tvOnenews.com - Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Jawa Timur kembali menggelar ajang tahunan bertajuk Simfoni Rupiah 2023 yang bertujuan untuk memberikan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat terkait pelindungan konsumen terhadap keuangan digital.
Kepala BI Jatim, Doddy Zulverdi mengatakan, pentingnya edukasi ini karena keuangan digital ke depan akan semakin meluas bukan hanya karena generasi muda yang terbiasa dengan penggunaan digital tetapi memang kebutuhan zaman sekarang mengarah ke sistem pembayaran digital seperti m-banking hingga QRIS oleh seluruh kalangan baik muda hingga tua.
“Jadi kegiatan Simfoni Rupiah ini merupakan bagian dari pekan QRIS nasional yang salah satunya kami isi dengan sosialisasi dan edukasi pelindungan konsumen, yang tujuan akhirnya adalah masyarakat memahami penggunaan instrumen keuangan secara khusus pembayaran berbasis digital ini akan semakin luas,” katanya di sela-sela pembukaan Simfoni Rupiah 2023 di Surabaya.
Di sisi lain, Doddy bilang, data OJK menunjukkan pemahaman transaksi keuangan berbasisi digital atau disebut literasi digital masyarakat ternyata masih rendah dibandingkan tingkat inklusi digital atau penggunaannya.
“Ini akan menimbulkan risiko karena semakin banyak yang pakai keuangan digital, tapi tidak tidak tau risikonya. Apalagi data-data personal dan keuangan akan mudah sekali jadi sasaran kejahatan. Untuk itu kami sebagai otoritas pembayaran ingin meningkatkan pemahaman konsumen dan kehati-hatian,” ujarnya.
Kepala Grup Perlindungan Konsumen DUPK Bank Indonesia, Ricky Satria menambahkan, pembuat sistem pembayaran sendiri sebelum meluncurkan produk sistem pembayaran pastinya telah melakukan berbagai kajian dan ujicoba.
“Sebelum produk dikeluarkan, kita buat kajian dulu dan komprasi dengan berbagai negara, bagaimana kalau itu diterapkan di Indonesia. Lalu kita lakukan pilot project, terbatas digunakan oleh sesama penyelenggara dengan karyawannya sebelum produk itu menjangkau masyarakat lebih luas,” jelasnya.
Dia menambahkan, dalam penerapan sistem pembayaran digital sendiri tentunya terdapat sejumlah tantangan. Salah satunya dari sisi konsumen yang hingga saat ini masih terbiasa dengan uang tunai dan tidak siap dengan digitalisasi terutama soal pemahaman dalam melakukan transaksi secara benar dan aman.
“Tantangan kedua dari sisi perbankan/pemilik sistem pembayaran karena membutuhkan investasi untuk membeli sistem dan aplikasi,” imbuhnya.
Bank Indonesia Jatim mencatat, tren transaksi pembayaran digital melalui QRIS di Jatim pada Juni 2023 telah mencapai Rp1,75 triliun atau naik 296 persen (Yoy), dengan jumlah volume sebanyak 14,9 juta transaksi atau naik 155 persen (Yoy).
Peningkatan nilai dan volume transaksi QRIS ini sejalan dengan meningkatnya jumlah merchant QRIS yang hingga Juni 2023 telah mencapai 2,98 juta atau naik 41 persen (Yoy). Sedangkan untuk jumlah pengguna QRIS sendiri di Jatim pada Juni mencapai 5,21 juta atau meningkat 82 persen (yoy) dibandingkan Juni 2022. (zaz/gol)
Load more