Untuk pasokan bahan baku berupa bambu warga sudah tidak perlu khawatir lagi. Di Desa Panjunan, ada beberapa pengepul yang menyediakan jual beli bambu dan juga menampung hasil ‘dobong’ keranjang ikan mereka. Untuk disalurkan ke beberapa daerah di Jawa Timur dan kota-kota besar lainnya sesuai permintaan.
Kepala Desa Panjunan, Nursilah, SE merasa bersyukur karena warganya memiliki keahlihan dalam membuat ‘dobong’ keranjang ikan yang sudah ada sejak nenek moyang, sehingga warganya bisa mandiri tidak mengantungkan diri pada pekerjaan di pabrik.
“Alhamdulillah, warga desa di sini sangat produktif dengan adanya kerajinan tangan atau keahlian dalam membuat keranjang. Tahun 2019 lalu dimasa pandemi Covid-19 dimana semua sektor industri tiarap dan banyak usaha terdampak. Warga Desa Panjunan tetap eksis dengan produksi keranjang dan tidak ada istilah menganggur. Mereka tetap bekerja mandiri di rumah masing-masing,” jelasnya.
Nursilah berharap, ketersediaan bahan baku tetap lancar, sehingga warga bisa tetap bekerja membuat ‘dobong’ keranjang ikan. Karena jika bahan baku terlambat datang, maka mereka tidak bisa bekerja.
“Semoga bahan baku tetap tersedia meskipun kita tahu keberadaan pohon bambu semakin berkurang. Untuk saat ini bahan baku disuplai dari Madura, Tuban dan Lamongan masih cukup,” pungkasnya.
Saat ini produk kerajinan ‘dobong’ keranjang ikan tersebut dikirim untuk memenuhi permintaan ke beberapa kota di Jawa Timur seperti Pasar Ikan Lamongan, TPI Brondong Lamongan, TPI Weru Lamongan, TPI Campurejo, TPI Lumpur Gresik, Pasar Pabean Cantikan Surabaya dan beberapa kota seperti Pasuruan dan Probolinggo.
Dobong-dobong tersebut dijual ke pengepul dengan harga kisaran Rp370 ribu hingga Rp400 ribu per bandel. Satu bendel isi 20 biji ‘dobong’ atau keranjang ikan. (mhb/far)
Load more