Gresik, tvOnenews.com - Identitas sesosok mayat kakek yang ditemukan membusuk di sebuah semak-semak ilalang tepi Jalan Tol Surabaya-Mojokerto (SUMO), KM 732, Desa Sumput, Kecamatan Driyorejo, Gresik, Selasa kemarin (29/8) akhirnya terungkap. Penemuan mayat kakek yang diperkirakan berusia 70 an tahun dalam keadaan membusuk itu, sempat menggegerkan masyarakat sekitar.
Jasad Paidi kali pertama diketahui oleh warga sekitar lokasi kejadian yang sedang bersih- bersih. Warga mencium bau menyengat dari semak-semak ilalang. Setelah dicek, ternyata ada sesosok mayat pria menggunakan celana pendek warna biru tua dan kaus warna cokelat.
Warga yang kaget langsung melaporkan kejadian tersebut kepada pihak kepolisian. Jasad Paidi langsung dievakuasi ke RSUD Ibnu Sina untuk keperluan identifikasi. Hasil visum luar tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban.
"Hasil identifikasi dan keterangan keluarga korban, identitasnya inisial P (Paidi, red) umur 72 tahun warga Desa Tenaru, Kecamatan Driyorejo. Pihak keluarga mengenali dari pakaian yang dikenakan korban dan sesuai ciri-cirinya," kata Kasat Reskrim Polres Gresik AKP Aldhino Prima Wirdhan pada awak media, Rabu (30/8).
Dikatakan Aldhino, dari hasil pemeriksaan CCTV, korban keluar rumah sekitar pukul 03.00 dini hari, Kamis (24/8). Setelah itu dinyatakan hilang hingga ditemukan tewas kemarin.
"Keterangan dokter kemungkinan korban sudah meninggal lebih dari dua hari. Hasil visum tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan. Keluarga korban juga sudah mengikhlaskan kepergian korban," sambungnya.
Meski demikian, kepolisian masih terus melakukan penyelidikan apakah ada unsur lain dalam kematian Paidi.
"Setelah ini Tim Resmob Satreskrim masih melakukan penyelidikan, salah satunya untuk mengetahui bagaimana jenazah korban bisa sampai di semak-semak tepi jalan tol. Salah satunya dengan memeriksa CCTV," tutupnya.
Sementara itu, Kepala Desa (Kades) Tenaru Heri Prasetiyono mengatakan bahwa korban sebelumnya tidak pernah pergi jauh dari rumah. Padahal jarak lokasi dengan rumah korban sekitar empat kilometer.
"Korban biasanya keluar pagi untuk pergi salat subuh di musala," ujarnya.
Namun tragis, ternyata kepergiannya yang terakhir kali ternyata untuk menemui Sang Pencipta. Paidi diketahui selama ini tinggal bersama anak terakhirnya.
"Mungkin karena beliau sudah sepuh, lupa ingatan. Sekarang jenazah sudah diurus pihak keluarga," pungkas Heri Prasetiyono. (mhb/far)
Load more