Surabaya, tvOnenews.com - Susanto, dokter gadungan, terdakwa penipuan akhirnya divonis Majelis Hakim 3 tahun 6 bulan penjara. Vonis ini lebih ringan dari tuntan Jaksa Penuntut Umum (JPU) yang sebelumnya menuntut 4 tahun penjara.
Dalam putusannya, Majelis Hakim yang diketuai Tongani menyatakan bahwa terdakwa terbukti secara sah melakukan tindak pidana sesuai pasal 378 KUHP tentang penipuan.
"Mengadili, menyatakan terdakwa Susanto bin Samuyi telah terbukti bersalah secara sah dan meyakinkan melakukan penipuan. Menjatuhkan hukuman pidana kepada terdakwa selama 3 tahun 6 bulan penjara," ujar Tongani saat membacakan amar putusannya di Pengadilan Negeri Surabaya, Rabu (4/10).
Ketua Majelis Hakim, Tongani, juga membacakan dua pertimbangan, dimana hal yang meringankan yakni terdakwa mengakui serta menyesali perbuatannya selama proses persidangan. Sementara hal yang memberatkan diantaranya terdakwa pernah terjerat pidana dalam perkara yang sama.
Menanggapi putusan Hakim, terdakwa Susanto tidak langsung mengajukan banding. Ia mengaku masih pikir - pikir.
"Saya pikir - pikir dulu yang mulia,” ungkap Susanto yang mengikuti sidang secara daring.
Senada dengan terdakwa JPU Kejaksaan Negeri Tanjung Perak Surabaya, Ugik Ramantyo mengatakan, meski vonis yang dijatuhkan hakim lebih ringan dari tuntannya, ia menyatakan masih pikir- pikir.
Dalam sidang tuntutan sebelumnya, JPU dari Kejaksaan Negeri (Kejari) Tanjung Perak Surabaya itu menuntut terdakwa dengan hukuman 4 tahun penjara. Tuntutan tersebut merupakan tuntutan maksimal dalam perkara ini.
Jaksa menilai terdakwa Susanto terbukti melakukan tindak pidana sesuai pasal 378 KUHP tentang penipuan. Menurut jaksa, tidak ada hal yang meringankan perbuatannya serta terdakwa sebelumnya juga pernah terjerat pidana dalam perkara yang sama.
Diberitakan sebelumnya bahwa Susanto melakukan penipuan terhadap PT PHC yang saat itu membuka lowongan untuk tenaga medis. Susanto yang hanya lulusan SMA itupun melamar dengan menggunakan identitas sebagai dr Anggi Yurikno. Susanto pun diterima dan ditugaskan di Occupational Healt and Industrial Hygiene (OHIH) di Pertamia Cepu, Jawa Tengah, dan telah menjalani pekerjaannya selama dua tahun.
Kasus ini baru terungkap saat akan dilakukan perpanjangan kontrak kerja. Pihak PT PHC menemukan kejanggalan data saat melakukan rekrudensial ulang, mulai dokumen terkait keprofesian seperti STR yang harus diperbarui. Setelah dilakukan investigasi akhirnya diketahui bahwa data yang digunakan Susanto tersebut semuanya palsu. (sha/gol)
Load more