"Saya ini udah siap-siap ngungsi kalau asap datang. Daripada sesak nafas, terus mati siapa yang mau tanggung jawab. Emang pemerintah mau tanggung jawab?" ujar Ani.
Diakui Ani, jika selama ini Pemerintah Kota Mojokerto sudah memberikan obat-obatan dan bantuan oksigen di posko kesehatan atau Puskesmas bagi warga yang sesak nafas, namun itu tidak sebanding dengan yang diderita warga, akibat kebakaran ini.
"Kita sih diberi obat kalau sakit sama bantuan oksigen. Tapi kan gak harus minum obat terus, mau sampai kapan?" ucap Ani.
Ani menambahkan, upaya Pemerintah Kota Mojokerto untuk melakukan penanganan kebakaran sampah ini terlalu lambat. Karena sudah dua pekan lebih, kebakaran tak kunjung bisa dipadamkan.
"Ini gerak Pemerintah Kota Mojokerto kurang sat set wat wet gitu loh. Hampir satu bulan kita hidup kayak gini. Ada ekskavator tapi yang terlihat beroperasi cuman satu, mobil Damkarnya juga gak banyak," imbuh Ani.
Sementara Kasatlak Kota Mojokerto, Gaguk Tri Prasetyo mengaku, Pemerintah Kota Mojokerto sudah berupaya maksimal untuk melakukan pemadaman kebakaran TPA Randegan. Pihaknya sudah mengerahkan mobil pemadam kebakaran untuk melakukan pembasahan dan tiga alat berat untuk mengurai sampah yang terbakar, serta membuat parit pembatas agar kebakaran tidak sampai merambat ke permukiman warga.
"Kita sudah berupaya maksimal. Petugas Damkar Pemkot sejak awal kebakaran terus berupaya melakukan pemabasahan. Sampai ada petugas damkar yang masuk rumah sakit akibat terkena asap," jelas Gaguk.
Load more