Banyuwangi, tvOnenews.com – Hari sudah memasuki malam saat ribuan orang memadati jalan utama Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Sabtu (4/11). Mereka sengaja datang di desa adat ini untuk menikmati kopi yang disuguhkan masyarakat suku Osing, dalam tradisi Ngopi Sepuluh Ewu. Suasana malam makin istimewa karena sajian kopi tergelar di setiap halaman rumah warga sepanjang 2 km.
Dengan mengenakan pakaian adat Osing, warga desa menyuguhkan kopi kepada para tamu dengan menggunakan cangkir khusus, yang merupakan warisan dari leluhurnya. Kopi yang disajikan pun beragam. Ada arabika, robusta, hingga house blend. Selain itu, ada aneka jajanan tradisional yang juga disajikan untuk menemani nyruput kopi.
Festival ini juga memiliki filosofi "sak corot dadi seduluran", yang artinya sekali seduh kita bersaudara. Dengan ngopi bersama, warga desa merekatkan tali persaudaraan.
Tradisi yang masuk rangkaian Banyuwangi Festival itu bukan sekadar acara minum kopi bersama. Namun ada pertunjukan budaya yang menggambarkan keramahan dan kemurahan hati warga Osing. Pengunjung yang hadir diajak minum kopi sambil lesehan ataupun duduk di teras halaman yang disulap menjadi ruang tamu.
“Kopinya gratis, kami hanya meminta pengunjung cukup membayar makanan saja sebagai ganti bahan saja. Ini adalah filosofi kami, lungguh, gupuh, dan suguh. Kalau ada tamu kami mempersilakan duduk (lungguh), menyiapkan dan menyuguhkan makanan (gupuh dan suhuh),” ujar Ahmad, warga setempat.
Tidak hanya warga Banyuwangi. Sejumlah pengunjung dari berbagai kota di Jawa Timur juga hadir di acara tersebut. Event ini dijadikan warga untuk berkumpul dengan kerabatnya di akhir pekan.
Ngopi Sepuluh Ewu juga menarik wisatawan mancanegara. Salah satunya Patrick O’Brien, asal Irlandia yang mengaku senang bisa datang ke Festival Ngopi Sepuluh Ewu.
Load more