"Saya sudah berusia 103 tahun, insyallah masih kuat dan sehat. Rumusnya konsisten serta bersyukur kepada Sang Kuasa," ucapnya.
Lebih lanjut, Mbah Ahmad menuturkan, bahwa masih nyata di benaknya terutama titah Bung Tomo, sebagai komandan kemerdekaan yang selalu bersemangat saat melawan Belanda, hingga gugurnya Jendral Mallaby dan kini terus terkenang di ingatannya.
"Salah satu pesan beliau itu, kami harus menanamkan rasa nasionalis dan tidak mudah menyerah. Itu yang terus kami pegang teguh hingga kini," kenangnya.
Warga Genteng Kali Surabaya ini mengungkapkan, saat terjadi gerakan melawan Belanda di Surabaya hingga perobekan bendera Belanda, dirinya mendapat tugas penting. Yakni untuk menyiapkan tangga.
"Dengan tekad bulat, tentara Kemerdekaan bisa naik ke puncak hotel dan merobek bendera Merah-Putih-Biru milik Belanda. Menjadi sang saka Merah Putih. Peristiwa itu kemudian dikenal dengan perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato Surabaya," terangnya.
Selain itu pada tahun 1965, Mbah Amad sempat mendapat tugas misi perdamaian di Kongo. Di tahun 2023 ini dirinya merupakan satu-satunya sosok pahlawan dan saksi sejarah dalam peperangan 10 November yang masih hidup.
"Kisah perjuangan dan prinsip hidup Mbah Amad pun, menjadi inspirasi pemuda Tengger. Termasuk bagi prajurit TNI yang kini masih aktif bertugas di wilayah Teritorial Probolinggo," jelasnya.
Load more