Sampang, tvOnenews.com - Tingkat budaya literasi yang rendah khususnya bagi masyarakat pelosok dan kepulauan, membuat Pemerintah Kabupaten Sampang membuka gedung Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS) berliterasi digital.
Keberadaan gedung layanan perpustakaan nasional merupakan bentuk kesungguhan masyarakat Kabupaten Sampang untuk mewujudkan manusia berkualitas melalui literasi.
"Sumber daya manusia unggul akan meningkatkan produktivitas yang berujung pada naiknya angka indeks pembangunan manusia atau IPM,” ujar Bupati Sampang, Jumat (24/11).
Di era saat ini, hendaknya perpustakaan lebih inovatif dan dekat dengan masyarakat. Peningkatan koleksi buku referensi baik cetak maupun digital, serta pembangunan akses wifi merupakan salah satu yang sangat dibutuhkan masyarakat.
"Paradigma perpustakaan yang tidak lagi berfokus pada pengelolaan koleksi buku, tapi juga bagian inovasi layanan kepada masyarakat. Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) sudah benar-benar dirasakan membentuk kreativitas dan kemandirian masyarakat. TPBIS ini sebagai bentuk implementasi lain kedalaman pengetahuan seseorang, karena salah satunya menghasilkan produk barang dan jasa yang bisa dikaryakan secara langsung kepada masyarakat, seperti pengetahuan produk maupun kuliner," ujar Muhammad Syarif Bando, Kepala Perpustakaan Nasional.
Sebagai lembaga pembina semua jenis perpustakaan, Perpusnas mempunyai tanggung jawab yang besar agar literasi dari waktu ke waktu mengalami peningkatan. Dengan rumusan paradigma baru, membuat peran perpustakaan menjadi semakin jelas di masyarakat. Porsi tugas perpustakaan melakukan transfer knowledge (pengetahuan yang ada di perpustakaan sampai kepada masyarakat) diamini pustakawan menjadi tantangan.
“Ini tantangan bagi pustakawan, pengelola perpustakaan dan pegiat literasi untuk menyampaikan,” ujar Pustakawan Utama Perpusnas, Yoyo Yahyono.
Yahyono mengatakan, hingga saat ini Perpusnas terus melakukan percepatan gerakan literasi. Semua pegiat literasi dirangkul.
“Kami ajak para pegiat literasi berkeliling untuk melihat kondisi secara langsung. Terutama di masjid dan di pondok pesantren yang kondisinya memprihatinkan. Bahkan menurut akademisi dari Universitas Trunojoyo Madura, Iriani Ismail, ada kondisi di perpustakaan sekolah yang ruang perpustakaannya tidak boleh dikunjungi siswa sehingga tetap terjaga rapi,” tambahnya.
“Ada pula yang siswanya berkunjung karena dipaksa, sebab buku yang disediakan hanya buku pelajaran,” ujarnya.
Sinergitas semua stakeholder terbukti akan menghasilkan gedung fasilitas layanan perpustakaan Kabupaten Sampang. Padahal, kata perpustakaan sebagai institusi pengetahuan sudah sering didengar namun jarang dipahami secara mendalam.
“Semestinya, perpustakaan harus dipandang sebagai organisme hidup, yang tumbuh dan berkembang dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat itu sendiri,” pungkas Kepala Bidang Deposit, Pengembangan dan Pelestarian Bahan Perpustakaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur. (fds/far)
Load more