Sementara saat ini, pihaknya juga terus menggencarkan dorongan untuk cinta, bangga dan paham rupiah. Cinta diartikan dengan mau merawat rupiah, agar tetap layak edar atau sesuai standar uang layak yang sudah ditetapkan.
Kemudian bangga diartikan sebagai perilaku yang menggunakan rupiah, atau dalam transaksi tidak menggunakan mata uang asing di Indonesia. Sedangkan paham memiliki makna hati-hati dalam menggunakan rupiah agar nilainya tidak turun, seperti belanja sesuai kebutuhan, tidak memborong yang tidak perlu agar tidak terjadi inflasi.
“Kalau paham, maka ketika akan membeli barang yang dibutuhkan sehari-hari, akan memilih yang diproduksi dalam negeri, agar nilai rupiah tetap kuat. Jadi, tidak akan menggunakan produk luar negeri, karena juga akan membuat kita semakin tergantung barang impor,” tuturnya.
Doddy berharap, upaya tersebut dapat memberikan pemahaman yang diimplementasikan oleh para generasi muda di Jatim saat ini terhadap rupiah.
“Dan ini akan terus kami dorong agar lebih baik, kita mulai dari anak-anak, SD sampai SMA, dan masyarakat yang lebih tinggi,” pungkasnya.
Sebagaimana diketahui rupiah sebagai alat tukar Nasional sangat riskan untuk terdevaluasi nilainya ketika masarakat menjadi konsumtif dan tidak hati hati dalam berbelanja. (zaz/gol)
Load more