Sidoarjo, tvOnenews.com – Jaringan penggerak moderasi beragama nusantara Jawa Timur menggelar penguatan moderasi beragama. Kegiatan itu menegaskan pernyataan sikap toleransi dan moderasi beragama diikuti ratusan santri di pesantren progresif bumi sholawat Sidoarjo.
Acara tersebut juga dihadiri sejumlah pejabat utama di Jawa Timur diantaranya, Kepala Bidang Kewaspadaan Bakesbangpol Jatim Agus Imantoro, Kepala Bidang Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag Jatim Mohammad As’adul Anam, serta dari pihak TNI, Polri, Kasubdit Sosbud Direktorat Intelkam Polda Jatim AKBP Agus Prasetyo, Dandim 0816 Sidoarjo Letkol Inf Guntung Dwi Prasetyo serta Kasdim 0816 Sidoarjo Mayor Chb Supriyanto.
Ketua Jaringan Penggerak Moderasi Beragama Nusantara Jatim, Hasanuddin mengatakan, acara itu sebagai upaya meminimalisir terjadinya konflik antar agama, dan menjadi harapan dalam upaya-upaya memperbaiki dan menjaga kerukunan umat beragama.
"Santri kami harapkan dapat memaknai moderasi beragama sebagai inisiasi untuk mempromosikan harmoni yang berkaitan dengan keagamaan dan menunjukan nilai-nilai saling menghormati," kata Hasanudin.
Ia menegaskan memahami dan kerjasama antara kelompok agama menjadi penting untuk tujuan saling berdamai, empati, dan saling menghargai setiap perbedaan keyakinan.
"Kerjasama adalah sikap yang harus dimiliki setiap individu atau kelompok dalam menerapkan moderasi beragama," imbuhnya.
Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia Pemprov Jatim, M. Hendro Gunawan dalam sambutannya mengatakan, moderasi beragama ini diharapkan dapat menekan munculnya radikalisme, terorisme, konflik sosial dan perselisihan antar etnis yang beragam.
Dia menambahkan, moderasi beragama adalah cara pandang dalam beragama secara moderat, yakni memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem, baik ekstrem kanan maupun ekstrem kiri.
"Ekstremisme, radikalisme, ujaran kebencian (hate speech), hingga retaknya hubungan antar umat beragama, merupakan problem yang harus segera dibenahi. Hal itu muncul akibat cara pandang yang sempit terhadap agama, sehingga merasa paling benar dan tidak bisa menerima ada pendapat yang berbeda," jelas Hendro Gunawan.
Menurut Hendro, gerakan untuk merajut toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan harus terus ditumbuhkembangkan dengan memunculkan dialog-dialog lintas agama serta solidaritas tanpa batas harus terus diupayakan melalui simbol-simbol kerukunan dan toleransi di berbagai daerah. (khu/gol)
Load more