“Dulu pun saya juga agak-agak takut dengan namanya reog, tapi setelah tahu saya senang,” kata Haris.
Meski saat ini anak-anak disabilitas di Panti Asuhan Aisyiyah sudah terlihat mahir bermain musik pengiring reog, namun menurut Luhur proses untuk melatih anak-anak dengan kebutuhan khusus ini tidaklah mudah.
Saat awal-awal mengenalkan alat musik reog, seluruh anak-anak sama sekali tidak mengenal alat musik reog.
Tiga bulan pertama dalam melatih anak-anak disabilitas tersebut, Luhur berusaha untuk menumbuhkan rasa percaya diri pada anak-anak jika mereka bisa memainkan alat musik seperti anak-anak normal pada umumnya. Bahkan cara melatih pun tidak bisa sembarangan, harus penuh kesabaran dan ketelatenan dalam mengasah kemampuan dan minat masing-masing anak.
“Yang jelas cara melatihnya, cara komunikasi kita harus lebih sabar, karena mereka beda dengan anak-anak pada umumnya, jadi ketika mereka sedang tidak mood, maka tidak latihan juga tidak apa-apa,” tutur Luhur.
“Namun kelebihan anak-anak disabilitas ini, meskipun mereka memiliki keterbatasan dalam visual, namun indra pendengaran mereka sangat sensitif, sehingga dalam menangkap materi yang diajarkan, khsususnya musik sangat cepat,” imbuh Luhur.
Saat ini anak anak panti asuhan tersebut kerap menerima orderan pentas reog baik untuk sekedar hiburan diacara hajatan maupun diacara acara resmi undangan dari instansi. (asn/far)
Load more