Ngawi, tvOnenews.com - Diduga menjadi korban perundungan teman sekelasnya, MS (14) pelajar kelas 8 di SMP Negeri 1 Gerih Kabupaten Ngawi terpaksa dilarikan ke UGD RS Widodo karena mengalami kejang-kejang.
Kejadian tersebut terjadi pada Selasa (28/11/2023) pukul 12.00 WIB saat jam istirahat siang, dan sekaligus menunggu giliran shalat zuhur di musala sekolah.
Andika Pratama (14) teman sekelas korban mengaku dirinya bersama korban dan sejumlah teman satu kelas tengah bermain tawur-tawuran (bercandaan) di dalam kelas sembari menunggu giliran shalat zuhur.
Namun tiba-tiba korban menangis karena sempat ada pukulan mengenai dada dan kepala.
“Awalnya main berantem biasa pak, habis itu saya gak sengaja kena bagian tubuhnya, lalu dia dikeroyok anak tiga katanya di kelas 8,” kata Andika.
Setelah itu, lanjut Andika korban menangis kesakitan karena kena pukulan hingga mengalami kejang-kejang.
Mengetahui kejadian tersebut pihak kepala sekolah dan guru langsung membawanya ke UGD puskesmas, lalu ke rumah sakit widodo.
“Yang bawa ke rumah sakit kepala sekolah sama guru pak, kalau permasalahan lain gak tahu saya pak, tahunya di dalam kelas main keroyokan gitu,” lanjut Andika.
Dari hasil klarifikasi para siswa dan saksi-saksi saat kejadian korban bersama sejumlah temanya sedang bermain-main tawuran sembari menunggu shalat Zuhur.
“Sebenarnya ini bukanlah penganiayaan ya perlu saya luruskan, jadi peristiwa itu berawal saat jam istirahat siang dan anak-anak itu guyonan (bercandaan) main sambung (berkelahi) sembari menunggu giliran shalat Zuhur berjamaah karena memang musholanya kecil jadi harus giliran,” ucap Agus.
Saat itulah, korban terkena pukulan di bagian perutnya sehingga sesak nafas. Terlebih setelah didatangkan pihak walinya, memang korban ini punya riwayat asma.
Pihak sekolah sempat membawa korban ke UKS sekolah untuk mendapat pertolongan pertama, namun asmanya kambuh.
“korban memang punya riwayat asma atau sesak nafas, waktu kami bawa ke UKS asmanya kambuh barulah kami bawa ke UGD RS Widodo Ngawi.” Sambungnya.
Dengan kejadian tersebut Agus mengaku akan mengevaluasi kembali semua kegiatan yang ada di sekolah termasuk bimbingan kepada anak-anak.
Bahkan setiap upacara dan guru kelas yang mengajar juga diwajibkan untuk memberikan wawasan kepada anak-anak terkait bahaya perundungan di sekolah.
“Namun demikian namanya anak-anak dan mungkin itu tidak sengaja akhirnya terjadilah peristiwa itu,” Tutup Agus.
Berkaitan dengan peristiwa tersebut benar murni karena ketidak sengaja'an saat bermain atau kah adanya faktor perundungan, pihak kepolisian dari Polsek Geneng berencana akan melakukan penyelidikan dengan meminta keterangan sejumlah saksi dan korban.
Diharapkan kasus serupa tidak terulang kembali baik di sekolah setempat maupun di sekolah lain. Karena dampak dari peristiwa tersebut sangat rawan bagi masa depan korban. (men/muu)
Load more