Nganjuk, tvOnenews.com - Seiring datangnya musim hujan, warga di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, memulai tradisi unik dengan memanfaatkan kepompong sebagai makanan alternatif yang kaya akan protein. Fenomena ini telah menjadi bagian dari budaya lokal yang menarik minat banyak orang.
Warga di beberapa desa sekitar Kabupaten Nganjuk seperti halnya warga Desa Balongrejo, Kecamatan Bagor, yang dikenal sebagai daerah yang kaya akan jenis-jenis ulat, saat ini gencar menelusuri hutan yang menjadi tempat berkembang biaknya ulat.
Kepompong yang dihasilkan oleh ulat ini menjadi sasaran utama dalam "berburu" warga setempat. Kemudian dipisahkan dari daun diolah dengan berbagai cara, mulai dari digoreng, direbus, hingga dijadikan bahan tambahan dalam masakan.
Ada tiga jenis kepompong, namun yang paling menjadi buruan adalah kepompong johar telah menjadi alternatif yang menarik bagi warga Nganjuk, terutama ketika musim hujan mengurangi ketersediaan pangan di wilayah tersebut.
Lamijo (60) seorang warga setempat, mengatakan, kepompong memiliki cita rasa yang unik dan kaya akan nutrisi. Ketika musim hujan tiba dan sulit menemukan sumber makanan lain, kepompong menjadi penyelamat bagi sekitar hutan Balongrejo.
Meskipun masih dianggap sebagai makanan eksotis, minat terhadap kepompong sebagai makanan alternatif semakin meningkat di kalangan warga setempat.
"Hal ini juga menjadi salah satu upaya untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada secara berkelanjutan dalam menjaga ketahanan pangan di desa ini," kata Lamijo, Rabu (20/12).
Lebih lanjut Lamijo menambahkan, meskipun mungkin terdengar tidak biasa, kepompong menjadi pilihan menarik bagi sebagian orang sebagai alternatif pangan yang terjangkau dan dapat ditemukan dengan mudah di alam liar.
Di beberapa wilayah pedesaan, masyarakat mulai aktif dalam kegiatan berburu kepompong sebagai bagian dari upaya mempertahankan aspek tradisional sekaligus memenuhi kebutuhan nutrisi.
"Di tengah dinamika sosial dan ekonomi, penggunaan kepompong sebagai alternatif lauk makanan menjadi simbol adaptasi masyarakat dalam menghadapi kenaikan harga kebutuhan pokok yang signifikan. Meski masih menjadi perdebatan, hal ini menunjukkan kreativitas dan ketahanan masyarakat dalam menghadapi tantangan ekonomi," pungkas Lamijo. (kso/gol)
Load more