“Dengan dikembangkannya aplikasi Sigalon dan aplikasi Desis ini saya berharap dapat direplikasikan untuk kasus penyakit mata lainnya, seperti katarak, glaukoma dan retina. Khususnya untuk penyakit katarak dimana jumlah kasusnya banyak dan juga menjadi penyebab utama dari kebutaan,” harapnya.
Kepada pihak RS Mata, ia juga berpesan agar promosi dan edukasi kesehatan juga semakin ditingkatkan terutama dalam penanggulangan gangguan penglihatan. Kegiatan edukasi kesehatan ditujukan untuk memberdayakan masyarakat agar mampu berperan aktif dalam mendukung perubahan sikap dan perilaku serta menjaga dan meningkatkan kesehatan untuk mencegah terjadinya gangguan.
Berkaitan dengan promosi RS Mata, Gubernur Khofifah meminta agar semua pihak terutama jajaran Pemprov Jatim dan stakeholder ikut mempromosikan RS Mata Jatim, baik lewat media sosial maupun secara lisan. Promosi RS Mata Jatim harus dilakukan secara masif. Karena menurutnya, layanan-layanan yang terbaik tersebut tidak akan ada artinya bila tidak diketahui oleh masyarakat.
“Ini tugas semuanya untuk memberitahukan kepada masyarakat bahwa ada rumah sakit mata tipe B dengan kualitas layanan yang luar biasa dan sangat baik,” katanya.
Tidak hanya itu, ia juga meminta agar nama dari rumah sakit mata masyarakat diubah dengan menambahkan nama tokoh penggerak atau tokoh yang mendedikasikan diri pada kesehatan mata di Jatim.
“Saya berharap namanya diubah, rumah sakit mata kemudian ditambah nama tokoh kesehatan yang menjadi penggerak kesehatan mata di Jatim. Kalau sudah ada, kemudian bisa minta izin ke keluarga dan ditambahkan namanya itu menjadi nama rumah sakit mata Jatim ini,” katanya.
“Karena saya rasa, nama itu sesuatu yang bisa membantu mengenalkan rumah sakit secara lebih luas serta membangun semangat kita semua. Karena opinion building dan image building itu penting,” tambahnya.
Load more