Surabaya, tvOnenews.com - Pengembangan pariwisata melalui desa wisata menjadi salah satu usaha yang tengah gencar dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dan mempercepat pengentasan kemiskinan, khususnya di kantong-kantong kemiskinan Jawa Timur melalui penguatan ekonomi desa dengan memaksimalkan fungsi BUM Desa.
Pada tahun 2024 ini, program penguatan dan pengembangan desa wisata di Provinsi Jawa Timur mengangkat tema "Penguatan Ekonomi Kreatif dalam Mengembangkan Desa Wisata Berbasis BUMDesa yang berkelanjutan".
Founder KIP Foundation, Dwi Ariady Kusuma, menuturkan bahwa tema ini dipilih untuk menjawab tantangan masa depan desa wisata yang semakin dinamis, sehingga dibutuhkan formulasi dan pendekatan kreatif serta inovatif agar desa wisata dapat berkelanjutan. Hal ini juga sesuai dengan arahan baik pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang menginstruksikan bahwa pengembangan desa wisata harus kolaboratif dan inovatif.
"Seiring dengan arahan presiden Indonesia, Kemenparekraf, Kemendes dan Pemerintah Provinsi Jatim, bahwa pengembangan desa wisata ke depan harus mengutamakan kolaborasi dan inovasi, tentu kami merespons ini sebagai suatu tantangan dan peluang tersendiri bagi desa wisata. Pendekatan ekonomi kreatif ini kita ambil sebagai tema utama, tentu karena kita tahu bahwa saat ini ekonomi kreatif menjadi pilar untuk mendongkrak ekonomi yang inklusif, kemudian kita juga dorong melalui digital promotion dan penguatan CBT (Community Based Tourism). Rangkaian program mitra Klinik BUM Desa ini sudah kita mulai dengan kegiatan Workshop Rembuk Nyekrup," ungkap Ari.
Rangkaian program penguatan dan pengembangan desa wisata berbasis BUMDesa di Provinsi Jawa Timur yang akan dilaksanakan hingga Juli 2024 diawali dari Kegiatan ‘Workshop Rembuk Nyekrup’ yang dilaksanakan pada 28 Februari 2024.
Kegiatan ini diikuti 30 tim mitra Klinik BUMDesa Jawa timur, akademisi dari Universitas Airlangga, Universitas Negeri Surabaya, dan Universitas Ciputra. Turut hadir sebagai narasumber Kepala Bidang Destinasi Pariwisata Provinsi Jawa Timur, Dra Susiati, MM, Endah Binawati M.S.P., M.Si. selaku Kepala Bidang Pemberdayaan Usaha Ekonomi Desa Dinas Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa; Khoirul Anwar, CEO Media Times Indonesia; Fauzi Priambodo, Praktisi Branding/CEO Team Work; Baktiar Nur Makmura, Manajer Regional Engagament & Sustainability Sampoerna untuk Indonesia, serta Founder KIP Foundatioan, Dwi Ariady Kusuma.
Baktiar Nur Makmura, Manajer Regional Engagement & Sustainability dalam sambutannya sebagai perwakilan dari Sampoerna untuk Indonesia menyampaikan, hal ini menjadi kehormatan bagi Sampoerna dapat berkolaborasi pada kegiatan hari ini, yaitu "Rembug Nyekrup Program Mitra Klinik Bumdes Jawa Timur dan Akademi Desa Wisata 2024".
Program ini memberikan kesempatan bagi 200 desa wisata peserta untuk dapat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dari desa. Nantinya akan ada empat desa wisata terbaik yang akan mendapatkan support facility.
Lanjutnya, Baktiar menuturkan bahwa pelatihan dan pendampingan desa wisata ini tidak hanya bermanfaat bagi BUM Desa, tapi juga pelaku UMKM mikro di sekitarnya, sehingga berharap nantinya perputaran ekonomi di desa dapat mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan.
“Program ini merupakan kolaborasi antara Sampoerna dan KIP Foundation dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dari desa,” ucapnya.
Baktiar mengungkapkan tantangan utama bagi manajemen desa wisata agar dapat berkembang adalah tata kelola operasional, branding, dan juga pemasaran.
Kegiatan Workshop Program Rembuk Nyekrup dibuka langsung oleh Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Jawa Timur. Dalam sambutannya mengucapkan terima kasih dan bersyukur kepada PT HM Sampoerna, Mitra Klinik BUM Desa dan KIP Foundation yang senantiasa membantu dan mendukung kemajuan desa wisata di Jatim.
Dalam sambutannya, Budi memaparkan tentang Keputusan Menteri PDTT RI No.174 Tahun 2023 tentang status kemajuan dan kemandirian desa di Indonesia dan menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Timur menjadi provinsi tertinggi dalam kategori desa mandiri seIndonesia yakni mencapai 2.800 desa mandiri atau setara 24,44 persen dari keseluruhan.
“Kolaborasi antara Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan PT HM Sampoerna, Mitra Klinik BUM Desa dan Akademi Desa Wisata, semoga menjadi awal terwujudnya nawa bhakti satya Jawa Timur nomor tujuh yaitu Jatim berdaya untuk memperkuat ekonomi berbasis BUM Desa,” tambahnya.
Lanjutnya, Budi menjelaskan bahwa dari yang ia dapatkan, Provinsi Jawa Timur penyumbang perekonomian terbesar kedua di pulau Jawa dengan kontribusi sebesar 24,99 persen.
Direktur Program, Nova Hariyanto menyampaikan, bahwa program penguatan dan pengembangan desa wisata pada tahun 2024 ini tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya karena memang program mitra klinik BUMDesa sudah terbukti efektif dalam mengembangkan desa wisata. Namun pada tahun ini mitra klinik BUMDesa berupaya menggali potensi desa wisata di Jawa Timur dengan fokus program prioritas Pemerintah Provinsi Jawa Timur, yaitu Program “Dewi Cemara” (Desa Wisata Cerdas, Mandiri dan Sejahtera).
Dalam sambutannya, Nova menjelaskan tren pertumbuhan Desa Wisata Jawa Timur berkembang secara signifikan. Pada tahun 2022, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur mencatat bahwa terdapat 596 desa wisata yang tersebar dari Kabupaten Pacitan hingga Kabupaten Banyuwangi.
Lanjutnya, bahwa tren positif pertumbuhan desa wisata di Jawa Timur ditunjukkan dari peningkatan perolehan Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) untuk Jawa Timur dari tahun 2022 dengan jumlah empat desa wisata terbaik menjadi delapan desa wisata terbaik dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) pada tahun 2023.
“Pendampingan yang kami lakukan alhamdulillah membuahkan hasil dari desa wisata dampingan Mitra Klinik BUMDesa Jatim mendapatkan Anugerah Desa Wisata Indonesia menjadi delapan desa wisata terbaik,” tambahnya.
Nova Haryanto juga menuturkan bahwa program pendampingan desa wisata tahun ini difokuskan pada pengembangan ekonomi kreatif dan komunitas atau community based tourism (CBT). Sebagai suatu konsep dalam mengelola pariwisata dengan mengedepankan partisipasi aktif masyarakat desa untuk membangun kesejahteraan namun tetap menjaga kualitas lingkungan, serta melindungi kehidupan sosial dan budaya lokal diharapkan mampu menjadi pendekatan pembangunan desa wisata yang berkelanjutan.
“Community-Based Tourism (CBT) merupakan pendekatan pariwisata yang melibatkan aktivitas partisipatif dan tanggung jawab dari komunitas lokal dalam pengelolaan, pengembangan, dan pemasaran destinasi wisata,” ungkap Nova. (far)
Load more