Surabaya, tvOnenews.com - Di tengah modernisasi pendidikan di kota-kota besar seperti Surabaya, tradisi belajar kajian kitab kuning masih dipelajari di sejumlah pondok pesantren.
Di bulan suci Ramadhan ini, kajian kitab kuning juga diajarkan di sekolah umum, salah satunya seperti Madrasah Aliyah Negeri Surabaya. Meski awalnya canggung dan kesulitan, namun para siswa akhirnya bisa memahami makna substansi yang diajarkan dalam kitab kuning ini.
Kegiatan pondok Ramadhan yang digelar selama sepekan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Surabaya serasa berbeda dibandingkan sebelumnya, pasalnya kali ini pihak sekolah mengajarkan materi kajian kitab kuning akhlak kepada para siswa, yang digelar di aula setempat. Tentu, kajian kitab kuning ini masih terasa asing bagi mereka.
Awalnya para siswa ini merasa canggung dan kesulitan dengan kajian kitab kuning tersebut. Hal ini karena kitab kuning ini sendiri materinya disampaikan dengan bahasa Arab dan terjemahannya bahasa Jawa yang diitulis miring dengan kalimat Arab atau biasa disebut pegon. Meski begitu, setelah diberi penjelasan oleh ustadz terkait substansi makna yang disampaikan dalam kitab tersebut, mereka akhirnya memahami.
Kajian kitab kuning yang membahas tentang akhlak ini dinilai penting disampaikan kepada para siswa. Pihak sekolah MAN Surabaya menyebutkan, dalam sepekan pondok Ramadhan ini tidak hanya diajarkan praktek ibadah, dan lebih spesifik ada kajian kitab kuning, karena pihaknya merasa para siswa perlu banyak menimba ilmu pengetahuan melalui kitab-kitab kuning, yang berisi berbagai macam keilmuan.
"Selama ini kitab kuning hanya kita pelajari di pondok pesantren, namun selama pondok Ramadan ini kita mengupas dan mengaji kitab kuning untuk menghindari dekadensi moral di generasi Z ini. Anak-anak ini perlu banyak menimba ilmu melalui kitab-kitab kuning yang berisi berbagai macam keilmuan,” ungkap Fatchur Rachman, Kepala Sekolah MAN Surabaya.
Pada kesempatan Pondok Ramadhan ini, lanjut Fatchur, diberi kajian kitab kuning tentang akhlak, karena pentingnya akhlak yang harus terus diberikan kepada anak-anak ini.
“Maka kita mengambil salah satu kitab kuning supaya anak-anak lebih baik akhlaknya, bisa memahami hal-hal yang pernah diwariskan para ulama-ulama terdahulu melalui kitab-kitab ini dipelajari,” ujarnya,
Sementara itu, ustadz Muhammad Suwar, Pembina para siswa MAN mengakui memang ada kesulitan siswa didiknya mempelajari kitab kuning karena jarang berinteraksi dengan kitab kuning. Tetapi di kegiatan ini bisa diajarkan supaya mereka juga mengenal dan termasuk itu bagian dari budaya Pesantren warisan para ulama yang harus dilestarikan.
“Mumpung ini momentumnya Ramadhan dan di madrasah kita ada program Pondok Ramadan maka kajian kitab kuning ini, juga menjadi bagian terpenting. Diharapkan, anak anak ini memiliki karakteristik yang diturunkan dan diwariskan oleh Rasulullah, yang ditulis oleh para ulama di kitab kuning, sehingga dimana akhir-akhir ini dekadensi moral anak terhadap guru, keluarga, masyarakat kerap terjadi. Karena itu, kita mengenalkan kajian kitab kuning,” ungkap ustadz M Suwar.
“Kajian kitab kuning ini sebagai warisan untuk kita pelajari dan tentunya kita praktekkan dalam kehidupan sehari-hari,” tandasnya.
Sedangkan salah seorang siswa MAN, Muhammad Zulfi mengatakan kegiatan ini Pondok Ramadhan, yang paling menarik memang kajian kitab kuning.
“Memang awalnya, kayak agak asing gitu. Saya kan awalnya dari sekolah umum bukan sekolah Islam. Saya juga tidak paham bahasa Arab. Tapi setelah dipelajari dan disimak betul, ternyata menarik juga dan akhirnya saya memahami maknanya yang disampaikan ustadz,” ujar M Zulfi.
“Menurut saya sih penting sekali kitab kuning ini kita pelajari, bukan dari pandangan Pondok (pesantren) doang sih yang pembelajaran kitab kuning, Jadi masyarakat umum itu harus tahu kalau kitab kuning itu isiannya pembelajaran agama yang yang cukup beragam, baik untuk kita terapkan sehari-hari,” tandasnya. (msi/gol)
Load more