Ketua IHO Jawa Timur, Prof. Dr. dr. Budi Santoso Sp OG (K) menyebut, ada misi IHO, yaitu memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama di pulau-pulau kecil secara merata.
“Misi kita adalah memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di pulau-pulau terpencil di wilayah Indonesia. Kapal Terapung ini pernah ke Wakatobi, NTT, Pulau Bawean, Sapeken, Sapudi, Palu, Papua yang belum. Kapal ini digunakan untuk melakukan tindakan medis, seperti operasi sesar, katarak, hernia, poli gigi, imunisasi, dan keluhan-keluhan masyarakat lainnya. Tim dokter yang bertugas siap untuk melayani kebutuhan kesehatan masyarakat yang berada di wilayah terpencil. IHO Indonesia Health Observer terdiri dari para dokter yang ahli di bidangnya,” ujarnya.
Prof Bus sapaan akrab Budi Santoso juga mengatakan bahwa Menteri Kesehatan Budi Gunadi telah menurunkan SK soal pelayanan BPJS untuk pasien RSTKA Ksatria Airlangga.
https://thumb.tvonenews.com/images/2024/03/27/6603c97858643-rumah-sakit-terapung-ksatria-airlangga.jpg
Usai melakukan peninjauan, Ketua IHO menjelaskan permasalahan yang dihadapi rumah sakit terapung, yaitu soal pembiayaan operasional rumah sakit. Karena dalam setiap pelayaran pasti membutuhkan dana, dan misi ini bersifat sosial.
“Problem yang terbesar itu adalah operasional dari rumah sakit. Sebab operasionalnya menggunakan solar yang berbiaya tinggi,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Yayasan RSTKA Dr. dr Christijogo Sumartono Sp.An.KAR mengatakan, dalam satu kali perjalanan, sedikitnya membutuhkan biaya operasional sebesar Rp300 juta. Bahkan ketika terjadi gempa Palu, RSTKA membutuhkan biaya Rp1,5 miliar.
Untuk itu, Ketua IHO juga mengajak perusahaan-perusahaan agar dapat melakukan CSR di RSTKA. Ia berharap, fakultas kedokteran di seluruh Indonesia dapat membuat Rumah Sakit Terapung serupa.
“Kami punya cita-cita bagaimana RS Terapung ini juga menginspirasi fakultas kedokteran lainnya untuk bisa membuat kapal seperti ini. Kalau ada 112 fakultas kedokteran memiliki kapal-kapal seperti ini, saya rasa masalah kesehatan akan banyak tertangani karena Indonesia terdiri dari 17 ribu pulau,” paparnya.
Dalam rangkaian acara Ngabuburit On The Sea, usai berdiskusi soal RSTKA, para peserta melanjutkan kegiatan dengan mendengarkan siraman rohani di Selat Madura. Dalam tausiahnya, Ustad Ahmed asal Palestina mengajak para peserta mencintai seluruh makhluk di muka bumi termasuk lautan dan isinya, serta menghargai jasa-jasa para relawan yang telah meluangkan tenaga dan waktunya untuk membantu sesama yang kesulitan mengakses fasilitas kesehatan.
Ngabuburit On The Sea ini diinisiasi oleh Arum Sabil, yang sekaligus sebagai bendahara IHO Jatim. Menurutnya acara seperti ini sangat penting. Selain untuk silahturahmi di Bulan Ramadhan dengan memperbanyak pahala, juga sebagai pemicu agar Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga tetap eksis dan istiqomah dalam mengemban misi sosial, melayani kebutuhan kesehatan masyarakat di pulau-pulau kecil di wilayah Nusantara. (far/hen)
Load more