Bangkalan, tvOnenews.com - Pengurus Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Bangkalan, akui resah dengan maraknya oknum mengaku wartawan selalu berkeliaran di lembaga pendidikan.
Keluhan dari sejumlah sekolah, hadirnya oknum mengaku wartawan seringkali diwarnai penekanan dan pemerasan, sehingga membuat guru di sejumlah lembaga ketakutan jika didatangi oknum tersebut.
Sekjen PGRI Bangkalan, Suraji mengaku, ia kerap menerima keluhan dari sejumlah sekolah dengan adanya oknum mengatasnamakan wartawan. Mereka resah karena selalu menjadi sasaran berita negatif yang tidak sesuai fakta.
"Meraka mendatangi sekolah-sekolah, sering muncul berita-berita yang tidak sesuai fakta. Bahkan tidak jarang melakukan pemerasan dan penekanan dalam menakut-nakuti pihak sekolah," ungkapnya, Rabu (27/3).
Tidak hanya itu, hadirnya oknum mengaku wartawan itu kadang kala juga membawa sesuatu untuk diperjualbelikan. Seperti kalender, majalah hingga kaos.
"Banyak juga yang datang menawarkan kalender, majalah dan kaos. Mereka memaksa agar dibeli, jika tidak akan diberitakan yang negatif. Kaos yang ditawarkan biasanya di kisaran Rp150 ribu," ujar Suraji.
Kehadiran oknum mengaku wartawan itu lanjut Suraji, tentu sangat mengganggu lembaga pendidikan. Guru selalu dihantui rasa was-was, sehingga memecah fokus dalam meningkatkan mutu pendidikan.
"Kalau memang datang baik-baik mungkin tidak masalah, tapi jika selalu ada intimidasi dan penekanan itu akan menggangu proses belajar mengajar. Apalagi tiba-tiba ada berita negatif yang tidak sesuai fakta. Kami sering dikeluhkan hal itu," pungkasnya.
Ketua PWI Bangkalan, Mahmud Ismail menyayangkan adanya oknum mengaku wartawan. Kejadian semacam itu, tentu akan memunculkan stigma negatif terhadap profesi jurnalis.
"Perbuatan semacam itu tentu tidak sesuai dengan UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Jika memang betul ada intimidasi dan pemerasan maka termasuk tindak kriminal, pihak yang keberatan silahkan tempuh jalur hukum," jelasnya
Sementara, Muhammad Taufikurrahman penasehat Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI Korda Raya Madura) menambahkan, kejadian pemerasan dan intimidasi yang dilakukan oleh oknum yang mengaku wartawan terhadap pejabat publik terlebih di wilayah pedesaan sudah seringkali ia dengar.
"Kami sudah lama mendengar kejadian seperti itu (intimidasi dan pemerasan) yang menyasar kepada pejabat publik di pelosok desa seperti di kecamatan dan sudah sering terdengar. Dan sering pula (oknum wartawan atau oknum LSM) mereka lakukan. Dan ini terjadi bukan jelang puasa atau ramadhan, di hari - hari biasa seringkali terjadi. Cerita ini kami dengar langsung terhadap korbannya entah dari pihak sekolah SMP maupun kepala Desa," ucapnya.
Ia mengatakan, pihak korban juga pernah mengadu atas ulah oknum wartawan atas aksi intimidasi dan pemerasan kepada
"Para Korban dari pihak SD sampai tingkat SMP. Pernah mengadu soal masalah itu. Kami tidak tahu Mereka (oknum wartawan). Cuman kami sarankan, oknum tersebut jangan diladeni kalau bisa menghindar bila kedatangan mereka," terangnya.
Menurut, Mamad panggilan akrabnya menjelaskan, tidak bisa berbuat banyak atas ulah oknum mengaku wartawan, namun ia hanya memberikan sebuah saran, kepada pejabat publik untuk merekam bila terjadi tindakan intimasi maupun pemerasan
"Kita hanya bisa memberikan saran para pejabat publik. Bila orang - orang itu minta uang dengan sakala besar. Kita sarankan rekam lewat video. Dan rekaman lewat vedio ini nanti laporkan petugas kepolisian. Namun saran saya oleh pejabat publik (kepala desa dan lain sebagainya) sebagian ada yang mengikutinya ada pula yang tidak mengikutinya," tambahnya.
Kejadian seperti itu memang tugas dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Pemerintah Bangkalan, termasuk juga pekerjaan rumah (PR) dari pihak kepolisian yang pekerjaannya memeras para pejabat publik. (fds/gol)
Load more