Surabaya, tvOnenews.com - Pasien demam berdarah dangue (DBD) yang menjalani perawatan di RSU dokter Soetomo Surabaya mengalami peningkatan dalam tiga bulan terakhir.
Pada bulan Maret 2024 kemarin, rumah sakit ini merawat 25 pasien DBD, lima diantaranya sempat dirawat di ruang icu anak. Peningkatan DBD ini dikarenakan faktor cuaca dan bisa jadi siklus 4 tahunan.
Masyarakat di Kota Surabaya dan Jawa Timur pada umumnya dihimbau untuk waspada dengan penyakit demam berdarah dangue (DBD) yang mengalami peningkatan dalam tiga bulan terakhir ini. Penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk aides aghepty ini tak hanya menyerang anak-anak, namun juga kalangan orang dewasa.
Di rumah sakit dokter Soetomo Surabaya, kasus DBD ini mengalami kenaikan signifikan jika dibandingkan tahun lalu, maupun pada dua bulan sebelumnya. Dimana pada bulan Maret 2024 lalu rumah sakit milik Pemprov Jawa Timur ini merawat 25 pasien DBD, anak-anak dan dewasa. Padahal pada bulan Januari dan Februari 2024 pasien DBD tidak sampai 10 pasien.
Menurut dr Dwiyanti Puspitasari, yang menangani kasus pasien DBD di RSU Dokter Soetomo, dari 25 pasien DBD, 5 diantaranya sempat menjalani perawatan di ruang icu, karena kondisinya yang sudah memburuk. Tim medis RS dr Soetomo pun langsung mengambil tindak medis agar pasien tidak semakin parah.
“Sebagian besar pasien yang dating ke rumah sakit ini dalam kondisi buruk. Ini kan rumah sakit tipe A ya jadi rujukan dari rumah sakit lainnya. Mereka pasien (DBD) yang dating itu kondisinya banyak yang memburuk. Tapi ada juga yang dating kondisinya tidak begitu buruk karena mereka tinggalnya di sekitaran rumah sakit sini atau di Surabaya ini aja,” ungkap dr Dwiyanti Puspitasari.
Kasus DBD ini meningkat, kata dr Dwiyanti dikarenakan faktor cuaca dimana hujan mulai jarang turun, sehingga nyamuk aides aghepty berkembang biak, dan bisa jadi peningkatan ini karena siklus 4 tahunan.
“Kalau sudah jarang hujan kan biasanya nyamuk penyebab DBD itu kan cepat berkembang biak, sehingga bisa menyebabkan seseorang terjangkit DBD jika digigitnya. Tapi bisa juga peningkatan kasus DBD ini karena siklus 4 atau 5 tahunan, terakhir itu 2019 yang kasus DBD nya itu tinggi,” ungkapnya.
Pasien DBD yang ditangani RSU Dokter Soetamo ini tak hanya terjadi pada anak-anak, namun juga kalangan orang dewasa. Bahkan, kasus DBD pada orang dewasa dinilai lebih sulit penangannya karena biasanya disertai dengan penyakit bawaan atau komborfit.
“Kalau pasien (DBD) orang dewasa itu biasanya mereka juga ada penyakit penyertanya. Hal ini yang membuat penanganannya agak sulit, dibandingan dengan anak-anak. Tapi meski begitu, semuanya harus waspada terhadap penyakit ini, tidak pandang anak maupun orang tua,” ujar dr Tri Pudy Asmarawati, dokter spesialis penyakit dalam RSU dr Soetomo.
Pihak RSU dr Soetomo mengimbau kepada masyarakat untuk mewaspadai penyebaran penyakit DBD ini. Apabila mendapati anak atau anggota keluarga mengalami gejala DBD seperti tubuh panas atau demam, kepala pusing, perut mual, dan ada bintik merah dikulit, diharapkan segera membawa ke rumah sakit atau ke dokter terdekat.
“Parahnya lagi kalau pasien sudah megeluarga darah atau mimisan, itu harus segera dibawa ke rumah sakit biar langsung mendapat penangan khusus. Karena itu berbahaya. Tapi sejauh ini tidak ada pasien DBD yang meninggal di sini,” pungkasnya. (msi/gol)
Load more