Kepala BBKK Surabaya, Dr. Rosidi Roslan, S.Ip, SKM, SH, MPH, MH menegaskan bahwa BBKK Surabaya melakukan berbagai upaya kesiapsiagaan selama 24 jam nonstop selama masa libur hari raya Idul Fitri. Pada momen mudik lebaran ini tentu saja kita berkolaborasi dengan instansi lain terkait dalam menangani segala kemungkinan khususnya kegawatdaruratan kesehatan di masa-masa mudik maupun arus balik.
“Karena kita tahu, titik rawan risiko penyakit akan muncul ketika ada pergerakan massal. Risiko kesehatan lain pun meningkat, seperti kecelakaan maupun sakit dalam perjalanan. Jadi, petugas BBKK Surabaya dipastikan siaga 24 Jam di titik-titik wilayah kerja BBKK Surabaya area Bandara dan Pelabuhan,” jelasnya.
Lakukan Antisipasi Sebelum Masyarakat Mudik
Menurut Rosidi Roslan, sebelum memasuki masa Mudik, ada beberapa hal yang sudah dilakukan oleh BBKK Surabaya sebagai bentuk persiapan dan antisipasi meminimalkan risiko penyakit. Antara lain, pertama, penyiapan pos kesehatan mudik/balik di bandara dan pelabuhan. Kedua, pengambilan/uji petik sampel makanan dari tenant yang ada di bandara dan pelabuhan untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan laboratorium.
“Dan ketiga, kami melakukan pelatihan Bantuan Dasar Hidup atau Basic Life Support untuk meningkatkan kompetensi petugas jaga maupun petugas dari lintas sektor terkait jika terjadi kegawatdaruratan kesehatan,” ujarnya.
Sementara, saat memasuki momen mudik maupun arus balik nanti, lanjut Rosidi Roslan, BBKK Surabaya akan melakukan pengawasan atau pemantauan penumpang dari luar negeri atau luar wilayah, dengan dilakukan dengan pemantauan suhu dengan termal dan pemantauan gejala secara visual. Kemudian penyiapan layanan kesehatan (pos kesehatan) termasuk proses rujukan dengan penambahan tenaga kesehatan untuk antisipasi lonjakan penumpang saat mudik.
“Selain itu, peningkatan intensitas pemantauan faktor risiko kesehatan lingkungan dengan melakukan pengawasan sanitasi lingkungan sepertu toilet, penyediaan air bersih, tempat pengelolaan makanan, kepadatan vektor untuk menjamin fasilitas publik tidak menjadi faktor risiko timbulnya masalah kesehatan,” terangnya.
Load more