Pacitan, tvOnenews.com - Kisah empat perempuan dalam satu keluarga bertahan hidup meski kondisinya sangat memprihatinkan. Usianya yang sudah tua, mereka hanya dapat merasakan kehidupan dunia dengan mata batinnya. Keempatnya mengalami kebutaan sejak ia dilahirkan.
Satu keluarga ini tinggal seatap di rumah sederhana di atas perbukitan RT 01 RW 09, Dusun Bendo, Desa Bodag, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan.
Mereka adalah Tukiyem, Prengil, Tukijah dan Tukinah. Kelurga tersebut sebelumnya berjumlah lima orang, namun satu saudara laki-laki yakni Sajimin yang juga buta itu sudah meninggal dunia empat tahun lalu.
Keluarga tersebut kini tinggal tersisa empat yang semuanya perempuan. Mereka terlahir dengan kondisi seperti ini. Orang tua mereka yakni Gimun dan Tumi tidak buta dan memiliki jasmani yang sehat normal yang dapat melihat.
Prengil mengatakan, dengan segala keterbatasannya itu, kehidupan yang mereka jalani dengan ikhlas. Menerima apa adanya, empat perempuan buta tersebut mengerjakan segala sesuatu mulai memasak, mencuci, membersihkan rumah dengan cara gotong royong.
“Semua dikerjakan dengan gotong royong. Entah itu bersih atau tidak. Masakan enak atau tidak ya harus bagaimana lagi karena sejak bayi kedua orangtuanya telah meninggal dunia dan semua kakak adik saya dalam kondisi tidak bisa melihat,” katanya.
Selain buta, seorang perempuan tertua dalam keluarga ini sedang mengalami sakit. Ia adalah Tukiyem. Sekujur tubuhnya dirasakan sakit. Dirinya hanya berbaring di tempat yang terbuat dari bambu dan sesekali duduk sambil memijat sendiri badannya.
Demi mencukupi kebutuhan makan keseharian, hanya mengandalkan tanaman dan buah buahan yang tumbuh di sekitar rumah. Sesekali ia makan dengan nasi dari memasak beras pemberian warga.
Kehiduoan ini mereka jalani penuh kesederhaan. Tak ada satu orangpun dari keluarga itu yang mengeluh bahkan meminta belas kasihan orang lain.
“Perut lapar kalau tidak masak sendiri untuk makan, lalu siapa. Apa adanya mencari di ladang deket rumah. Berusaha sendiri,” sambung Tukijah.
Perjuangan hidup para perempuan ini patut dijadikan tauladan. Bertahan hidup dengan kondisi kebutaan. Sejak bayi bahkan kedua orangtua mereka telah meninggal dunia.
Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa bahwa gelapnya dunia ini tak menyurutkan mereka untuk tetap semangat berjuang demi menjalani hidup dialam kegelapan. (asw/gol)
Load more