Nganjuk, tvOnenews.com - Musim pengolahan sawah di Kabupaten Nganjuk berdampak dengan peningkatan konsumsi gas elpiji, terutama untuk keperluan operasional pompa air. Para petani di wilayah tersebut sebagian menggunakan gas elpiji sebagai sumber energi utama untuk mengoperasikan pompa air.
Namun, peningkatan konsumsi ini juga memunculkan isu lain yaitu adanya oknum yang memanfaatkan situasi dengan menaikkan harga jual di atas harga eceran tertinggi (HET) di luar batas yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini membuat resah masyarakat yang memang sangat bergantung pada gas bersubsidi ini untuk kebutuhan sehari-hari.
Menanggapi situasi ini, Kabag Humas Pertamina Jatimbalinus Taufiq Kurniawan saat dikonfirmasi tvonenews.com menjelaskan, sebenarnya gas elpiji di Nganjuk tidak mengalami kelangkaan, karena kita per tanggal 23 Mei kemarin, sudah membanjiri Nganjuk sebanyak 40.150 tabung gas atau 1,25 kali konsumsi harian tabung gas. Hal itu sudah sesuai kuota penyaluran di Nganjuk.
"Namun, ada situasi jika konsumsi untuk pertanian melonjak signifikan. Jadi yang seharusnya dikonsumsi untuk rumah tangga itu lari ke pertanian," jelas Taufiq.
"Isu, ramainya hari Senin kemarin, tapi sudah kita antisipasi hari Senin itu juga, akan tetapi situasi isu tersebut dimanfaatKAN oleh oknum untuk mencari keuntungan pribadi. Kalau situasinya sudah mereda, tapi isunya masih ada yang dimainkan oleh oknum. Jadi, isu kelangkaan gas elpiji di Nganjuk, bukan karena pasokan berkurang, tetapi dikarenakan konsumsi gas elpiji meningkat signifikan untuk kebutuhan pengairan sawah," tambahnya.
Menurut Taufiq, sebenarnya di Nganjuk tidak mengalami kelangkaan, namun karena konsumsi gas elpiji tiga kilogram meningkat signifikan untuk kebutuhan pengairan sawah dan itu terjadi juga tidak menyeluruh, akan tetapi hanya di beberapa kecamatan saja.
Load more