Surabaya, tvOnenews.com - Meski badan terpenjara di rumah tahanan, bukan berarti hak untuk mendapatkan pendidikan dan menyandang gelar sarjana sudah kandas. Terobosan baru di dunia pendidikan Universitas Terbuka Surabaya bekerja sama dengan Pemkor Madiun, dengan mengajar para narapidana di Lapas Madiun.
Terobosan baru di dunia pendiikan ini dilakukan Universitas Terbuka Surabaya bekerjasama dengan Pemkot Madiun sejak tahun 2023 lalu. Ide ini muncul dari Wali Kota Madiun (saat itu) Meidi, yang menginginkan para napi di dalam lapas Madiun juga bisa menimba ilmu pendidikan hingga sarjana.
"Mereka tetap menjalani hukuman sebagai konsekuensi. Tetapi masa menjalani hukuman tersebut bisa lebih optimal dengan juga menjalani pendidikan formal. Para narapidana tersebut berhak untuk menggapai masa depan usai menjalani hukuman,” ungkap Meidi, saat itu.
Hal tersebut juga dibenarkan Direktur Universitas Terbuka Surabaya, Dr. Suparti, M.Pd, terkait program beasiswa pendidikan untuk narapidana di Lapas Madiun. Menurutnya, memang program tersebut ide dari Wali Kota Madiun Meidi, yang juga merupakan alumni UT Surabaya.
“Saat itu beliau (Meidi) mahasiswa UT dan sudah lulus program S3. Jadi beliau menjadi wisudawan perdana program doktor. Nah, pak wali kemudian mencanangkan semua warga harus berhak mendapatkan pendidikan, termasuk warga binaan lapas. Waktu itu di Lapas 1 Madiun,” ungkap Dr. Suparti M.Pd, Direktur UT Surabaya.
Menurutnya, saat ini para napi di Lapas Madiun yang mendapat beasiswa pendidikan itu sudah masuk semester tiga. Rencananya, beasiswa mereka sampai semester ke-8.
“InsyaAllah nanti dikuliahkan sampai semester ke-8. Diharapkan, semester delapan lulus menjadi sarjana, prodinya agrobisnis. Kemarin sudah pembelajaran di dalam lapas. Jadi kami hadirkan dosennya ke dalam lapas, ujian juga di dalam lapas,” jelasnya.
Suparti menceritakan, pihaknya mengerahkan dosen yang datang ke Lapas Madiun. Karena itu, dia juga kerap harus memantau langsung proses belajar mengajarnya. Suparti mengakui, pada semester pertama memang ada kendala saat mengajar di lapas. Hal ini karena para napi tidak boleh membawa handphone dan laptop.
“Mereka kan nggak boleh bawa HP, sedangkan kami ada mata kuliah yang wajib tutorial online, yang harus buka laptop, harus bawa HP. Karena ada kendala itu, kemudian kita usulkan ke pak wali supaya diberi bantuan laptop. Jadi satu napi dapat bantuan satu laptop untuk belajar online. Saat itu, ada 20 napi yang menerima beasiswa sehingga pak wali membelikan 20 laptop untuk para napi belajar dan ujian kuliah,” kisahnya.
Sementara itu, saat ini Universitas Terbuka secara nasional mentargetkan tahun 2025 mendapatkan satu juta mahasiswa. Sedangkan target UT Surabaya tahun ini 41 ribu mahasiswa, saat ini mahasiswa UT ada sebanyak 31 ribu dan lulus 2.500 mahasiswa.
“Nah, untuk mencapai target 41 ribu, kami bekerjasama dengan sejumlah pihak, termasuk diantaranya menggandeng teman-teman media. Kami optimis target ini bisa terpenuhi,” pungkas Suparti. (far)
Load more