Lumajang, tvOnenews.com - Kegiatan merayakan bulan Muharam atau bulan Suro dalam kelender Jawa, terus di gelar di sejumlah daerah di Lumajang. Sebagian masyarakat, hingga saat ini masih meyakini bahwa bulan Muharam atau bulan Suro merupakan bulan yang sakral.
Seperti yang digelar di Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro, Lumajang, yang sejak awal bulan Suro telah melakukan serangkaian kegiatan dalam rangka sedekah desa, diantaranya yang diawali dengan kegiatan pawai 1.000 obor, dilanjutkan ruwat air, istighosah dan rebutan gunungan hasil bumi serta nasi tumpeng yang dilaksanakan pada Minggu (21/7).
Pantauan tvOnenews.com di lokasi, terlihat puluhan gunungan hasil bumi dan nasi tumpeng sudah tertata rapi di dalam pendopo Balai Desa Penanggal, yang berasal dari 40 RT di Desa Penanggal. Ribuan warga dari berbagai kalangan usia, juga nampak terus berdatangan dan memadati area pendopo balai desa yang terletak di lereng Gunung Semeru ini.
Kepala Desa Penanggal Cik Ono menjelaskan, bahwa dalam rangkaian grebeg suro ini, 40 gunungan dan tumpeng tidak diarak keliling kampung, namun langsung dikumpulkan di balai desa untuk nantinya diperebutkan warga.
"Ini berbeda dengan kegiatan grebeg suro di tempat lain yang harus diarak dulu. Jadi ke 40 gunungan dan tumpeng ini dikumpulkan dulu di balai desa, untuk selanjutnya digelar do'aa bersama sebelum diperebutkan warga," kata Cik Ono kepada tvOnenews.com, Minggu (21/7).
Cik Ono berharap, dengan kegiatan selamatan desa ini desa mereka bisa terbebas dari serangan hama wereng, tikus hingga burung, serta dijauhkan dari segala bentuk musibah dan berbagai penyakit.
"Harapan kami, semoga warga desa kami senantiasa guyub rukun dan damai, dijauhkan dari segala musibah dan penyakit, terutama semoga hama yang menyerang lahan pertanian kami seperti wereng, tikus dan burung segera musnah," harapnya.
Sementara itu, warga yang hadir dalam kegiatan ini juga sangat menyambut baik dengan terlaksannya kegiatan ini. Warga juga berharap, kegiatan ini terus dilakukan setiap tahun sebagai upaya menjaga tradisi dan budaya leluluhur agar tidak lekang ditelan jaman.
"Kami bersama keluarga dan tetangga sengaja datang sejak pagi. Tujuan utama yang ingin ikut berebut gunungan hasil bumi dan syukur-syukur nanti bisa dapat nasi tumpeng," tutur Lutfiah salah satu warga.
Namun sayang, akibat terlalu lama menunggu prosesi acara dibuka, warga langsung berebut gunungan dan nasi tumpeng, sehingga suasana sempat diwarnai kericuhan ketika warga justru terlibat aksi saling lempar buah tomat dan sayuran lainya. Meskipun harus berdesakan satu sama lain, namun warga terlihat senang setelah memperoleh bagian dari tumpeng, karena diyakini bisa membawa berkah. Sebagian warga yang tidak sempat ikut berebut, akhirnya lebih memilih sisa-sisa sayuran yang berserakan di lantai pendopo balai desa.
"Sebenarnya tadi berupaya ikut rebutan. Tapi mau bagaimana lagi, warga yang hadir juga terlalu banyak dan sempat ricuh. Saya ndak mau ambil resiko jadi lebih memilih ambil sisa sayuran yang berserakan di lantai pendopo. Nanti saya cuci sebelum dimasak, karena saya meyakini ada berkah dibalik kegiatan grebeg suro ini," pungkasnya dengan nada gembira. (wso/gol)
Load more