Banyuwangi, tvOnenews.com – Banyak cerita yang terjadi pada para pekerja migran yang pulang ke Indonesia. Salah satunya, cerita beberapa pekerja migran yang kembali ke tanah air dalam keadaan tidak bergelimang harta. Bahkan, ada yang pulang, lalu tidak tahu harus berbuat apa.
Desbumi merupakan program keroyokan menggabungkan peran lintas instansi dan organisasi mulai dari Migrant Care, pemerintah desa, Organisasi Perangkat Daerah (OPD), masyarakat, dan komunitas keluarga pekerja migran untuk menyediakan berbagai layanan dan dukungan.
Sehingga, Desbumi menjadi wadah pemberdayaan mereka yang tidak ingin lagi mengadu nasib ke luar negeri. Selain itu juga befungsi memberikan perlindungan para pekerja migran. Mulai layanan informasi, pengurusan dokumen, layanan pengaduan kasus, sosialisasi migrasi aman, dan pendataan migran secara reguler.
Di Kecamatan Tegaldlimo terdapat banyak UMKM yang mempekerjakan dan melatih para mantan pekerja migran. Mulai industri tas anyaman, makanan olahan seperti keripik tempe, kerupuk puli, rengginang, jajanan jipang beras jawa, kacang, sambal, jamu tradisional, minuman dari jamur kombucha, dan lainnya.
Total terdapat 52 mantan pekerja migran yang bergabung. Mereka terbagi dalam kelompok-kelompok. Antara lain kelompok Sinar Migran di Desa Tegaldlimo, Barokah Migran di Desa Wringinpitu, Sukses Migran di Desa Kedung Gebang, Asri Migran di Desa Kedung Asri, dan Pelangi Migran di Desa Kendalrejo.
"Saya sangat terbantu dengan adanya teman-teman kelompok migran ini. Jika kelompok saya tidak mampu memenuhi permintaan pasar, maka saya akan mengambil dari kelompok-kelompok yang lain,” ujar Siti Khotimah, mentor dan pelatih tas anyaman kelompok Sinar Migran.
Khotim sendiri merupakan pengusaha tas anyaman bambu. Dia melatih para mantan pekerja migran cara membuat tas anyaman.
"Setelah bisa membuat tas anyaman, mereka mengerjakan di rumah masing-masing agar bisa dekat dengan keluarga. Setelah jadi baru disetorkan pada kami," kata Khotim.
Satu mantan pekerja migran bisa membuat sekitar 10 tas tergantung kemampuan mereka. Satu orang bisa mendapat Rp2 hingga Rp3 juta per bulan dari pembuatan tas tersebut. Khotim mengatakan, tas buatan mantan pekerja migran tersebut dikirim hingga Yogyakarta, Bali dan Lampung.
Uut Rohimatin, relawan Desbumi, Kecamatan Tegaldlimo merupakan salah satu kantong pengirim pekerja migran di Jawa Timur, dengan sebaran negara yang bermacam-macam. Seperti Taiwan, Hongkong, Malaysia, dan Arab Saudi.
"Anggapan orang selama ini kalau pulang dari luar negeri pasti banyak uang atau mampu secara ekonomi. Tapi ternyata tidak selalu seperti itu. Makanya kami ajak bergabung,” beber perempuan yang juga anggota Migrant Care itu.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani yang sempat mengunjungi Desbumi dalam program Bupati Ngantor di Desa (Bunga Desa) di Desa Tegallimo mengaku sangat mengapresiasi apa yang dilakukan di desa ini.
“Saya sangat mengapresiasi effort dari para relawan yang mendampingi dan melatih mereka sehingga bisa survive," kata Ipuk.
Ipuk juga meminta OPD terkait untuk memberikan pendampingan dan bantuan program peningkatan usaha mikro yang selama ini digulirkan seperti pendampingan UMKM Naik Kelas, bantuan usaha Warung Naik Kelas, bantuan Kanggo Riko, dan program-program lainnya.
"Dengan program-program itu bisa kian menguatkan para mantan pekerja migran untuk meningkatkan perekonomian mereka," tutup Ipuk. (hoa/far)
Load more