Kabupaten Banyuwangi, menurut Syakir, merupakan salah satu pihak yang turut mendorong Selawat Badar karangan ayahandanya tersebut bisa lahir.
“Sedikit banyak tentu terinspirasi oleh Banyuwangi,” ujarnya.
Penulis buku “Selawat Badar: dari Banyuwangi untuk Dunia”, Ayung Notonegoro, mengungkapkan teks selawat itu mencerminkan kondisi sosio-politik di Banyuwangi pada masa orde lama. Saat itu, kontestasi politik merambah berbagai bidang, tak terkecuali seni-budaya.
“NU Banyuwangi menyebarluaskan Selawat Badar yang aransemennya rancak dan penuh semangat sebagai dinamika situasi saat itu,” beber Ayung. (hoa/far)
Load more