Banyuwangi, Jawa Timur – Hadi Wintoro (51 tahun), petani asal Desa Wringinagung, Kecamatan Gambiran, Banyuwangi, sukses mengembangkan budidaya ginseng merah. Meski terbilang baru, usaha ini meraup omzet fantastis. Tembus Rp 200 juta per bulan.
Sedikitnya, 15 hektar lahan ginseng berhasil dikembangkan. Berawal dari coba-coba, ternyata hasilnya menggiurkan. Tanaman ginseng yang biasa tumbuh di daratan Korea, bisa tumbuh subur di Banyuwangi. Tanaman ini dikembangkan secara organik. Perawatannya juga mudah.
“Tahun 2019, saya minta dikirimi bibit ginseng dari Korea Selatan sebanyak 2.500 buah. Dari jumlah ini, hanya 9 buah yang tumbuh dan berbuah,” kata Hadi Wintoro, belum lama ini.
Meski nyaris gagal, Hadi, panggilan akrabnya, tak patah semangat. Dia terus melakukan uji coba secara otodidak. Alhasil, dia mampu melakukan pembibitan sendiri. Bahkan, mencapai 1.000 pohon. Lahan yang dikembangkan terbagi di beberapa lokasi. Buah ginseng bisa dipanen minimal 3 bulan sekali. Sedangkan batangnya menunggu satu tahun.
Buah ginseng dijual Rp 10.000 per kilogram, sedangkan daun ginseng seharga Rp 20.000 per kilogram. Paling mahal harga umbi ginseng. Bisa tembus Rp 300.000 hingga Rp 1 juta per kilogram. Hadi juga mengolah tanaman ginseng menjadi minuman. Harganya, Rp 50.000 per liter.
“Warga banyak yang tertarik minuman ginseng ini. Harganya relatif terjangkau,” jelasnya.
Menurut Hadi, tanaman ginseng miliknya banyak dikirim ke berbagai kota besar di Indonesia. Penjualan juga dilakukan secara online. Sehingga, banyak pemesan yang datang dari luar kota. (Happy Oktavia/rey)
Load more