Gresik, Jawa Timur - Gadis kecil pegiat lingkungan asal Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Aeshnina Azzahra Aqulani (14) kembali berkirim surat kepada Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Dalam isi suratnya dia ingin bercurhat soal adanya sampah impor yang mencemari wilayahnya.
Selain itu, Nina panggilan sehari- hari Aeshnina, juga meminta pada Kepala Negara untuk lebih tegas lagi dalam pembuatan peraturan pencegahan masuknya sampah impor, peraturan pembakaran sampah dan pengawasan pembuangan limbah pabrik, khususnya limbah plastik impor
Nina mengatakan, dirinya telah melakukan penelitian yang hasilnya cukup mengejutkan. Menurut Nina bahwa air sungai Brantas, Kali Porong, Kali Surabaya, dan Kali Marmoyo mengandung mikroplastik.
Selain itu Nina juga melihat bagaimana industri membuang limbahnya yang berwarna putih, hitam pekat dan mempengaruhi warna air sungai, padahal air sungai digunakan untuk bahan baku PDAM, untuk tambak dan ini jelas jelas terpengaruh.
"Sementara itu ikan ikan disungai telah mengandung mikroplastik bahkan didalam tubuh manusia sekalipun," ujarnya saat ditemui wartawan di Desa Wringinanom Gresik, Jumat (11/2/2022).
Oleh karenanya Nina berharap masalah persampahan harus ditanggulangi. Hal ini penting karena menyangkut hajat hidup orang banyak serta kualitas kesehatan.
"Jangan hanya mementingkan infrastruktur tetapi juga lebih memperhatikan lingkungan demi generasi penerus selanjutnya," imbuhnya.
Lebih lanjut Nina menuturkan, pabrik kertas di Indonesia membutuhkan sampah kertas yang bersih atau tidak tercampur untuk didaur ulang menjadi kertas, karton, koran,dan kardus.
"Pabrik kertas membeli sampah kertas dari luar negeri, karena sampahnya sudah di pilah sejak dari rumah," ungkap Aeshnina.
Namun sayangnya para negara eksportir seperti Amerika, Kanada dan Australia. Mereka menyelundupkan sampah plastik ke dalam sampah kertas lalu dikirim ke Indonesia.
Dan setelah pabrik kertas mengambil sampah kertasnya, sampah plastik impor dibuang didesa-desa disekitar pabrik kertas. Seperti di Desa Bangun Mojokerto menjadi tempat pembuangan sampah plastik impor terbesar di Jawa Timur.
Disana para penduduk desa, kata Nina memilah sampah plastik impor yang laku dijual dan yang tidak laku dijual. Sampah plastik impor yang laku dijual atau yang bisa didaur ulang dijual ke pabrik daur ulang plastik.
"Lalu dijadikan pelet plastik kemudian dikirim ke cina, tapi proses daur ulang plastik sangatlah kotor," pungkasnya. (habib/ade)
Load more