Sidoarjo, tvOnenews.com - Ratusan hektar lahan tambak di pesisir pantai timur Sedati Sidoarjo, hingga kini masih terendam rob pasang air laut.
Salah satu petani tambak wilayah Sedati, Sogik mengatakan terjadinya rob kembali berdasarkan prediksi dari penanggalan Jawa dan gerhana bulan.
"Kondisi rob ini mempunyai kesamaam penanggalan di bulan jawa dimana saat tanggal 13 hingga hingga 17 punya makna tersendiri bagi para petani tambak di wilayah Sedati dan kondisi itu berpengaruh dengan adanya pasang air laut atau rob. Kalau gerhana bulan pengaruhnya dengan puncak rob pasang air laut maksimum," ucapnya.
Ia melanjutkan, dari prediksi tersebut, maka para petani tambak harus meningkatkan kewaspadaan.
"Seperti sekarang, kondisi ini dipengaruhi puncak musim hujan, apalagi hujan lebat, pasang air laut maksimum, sehingga rob makin tinggi," jelasnya.
Sogik mengungkapkan sebagai tindakan menghadapi rob yang diprediksi terjadi kembali, ia menyiasati dengan beberapa strategi.
"Kita harus berstrategi. Petani harus paham soal penanggalan jawa dan mengacu pada BMKG. Selain itu meninggikan dan perkuat tanggul. Namun bila terjadi puncak rob adanya fenomena gerhana bulan berdampak dengan pasang maksimum kita harus segera mengumpulkan ikan dalam satu petak," terangnya.
"Kalau ikan itu lumayan besar baru satu petak itu di kelilingi jaring, kita memilih petaknya agak kecil agar biaya untuk beli jaring tidak mahal atau gak banyak, atau kita kurangi isi yang di dalam kolam tambak," papar Sogik.
Lebih lanjut ia menyampaikan, hal itu dilakukan seperti halnya melakukan panen lebih awal dari masa maksimal usia ikan.
"Jadi kita panen lebih awal, untuk penyelamatan ikan dalam kolam, supaya kalau terjadi hal yang tidak diinginkan atau rob datang kembali, kerugian kita petani tambak gak banyak. Seperti yang saya lakukan saat ini, daripada hilang semua pas rob tiba-tiba datang lagi, penting kita antisipasi agar kerugiaan dampak luberan dan tanggul jebol tidak banyak," tegas Sogik.
Dari luas tambak 9 hektar, ia mengaku dapat memanen total 5 ton.
"Tidak semua bisa dipanen di lahan 9 hektar, masih ada juga ukuran yang kecil-kecil tidak ikut dipanen," ujarnya.
Hal senada juga dilontarkan oleh Kamun yang memiliki tambak seluas 6 hektar. Ia juga terpaksa memanen hasil tambaknya sebelum usia ikan bandeng yang dipeliharanya mencapai usia maksimum.
"Sama, saya juga panen diawal. Kalau umur bandeng maksimal 6 bulan baru kita panen, sekarang masih 4,5 bulan, mau tidak mau kita panen agar terselamatkan dari bencana terutama menekan kerugian lebih banyak mbak," kata dia.
Mengenai harga jual ke tengkulak, Kamun mengaku mendapat harga yang berbeda dari penjualan hasil panen yang biasanya.
"Harga dari hasil panen awal tentu beda, kalau biasanya harga antara Rp18 ribu sampai Rp25 ribu per kilogramnya untuk panen dini kali ini hanya Rp11 ribu dan paling mahal Rp15 ribu perkilo gramnya tergantung banyak tidaknya yang dipanen," ungkap Kamun.
Meski Kamun merasa pendapatan dari hasil tambak turun drastis sebagai antisipasi bencana rob, namun ia tetap bersyukur.
"Meski pendapatan berkurang, tapi alhamdulillah, tetap bersyukur karena ikan-ikan bandeng masih terselamatkan dan menghasilkan. Yang penting kita panen dini itu jadi uang dari pada hilang terus gak panen gak dapat apa-apa," terangnya.
Mewakili para petani tambak wilayah Sedati Sidoarjo, Kamun berharap rob segera berlalu dan cuaca segera membaik.
"Ini semua faktor alam, berharap cuaca membaik, tetap dijalani, nikmati dan syukuri, " pungkas Kamun. (khu/hen)
Load more